Elektabilitas bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo alias Jokowi hanya bisa disaingi oleh pembentukan poros koalisi Indonesia Raya. Selain hal tersebut, kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014 bisa dibilang pasti.
Hal tersebut diutarakan oleh pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing dalam diskusi di Hotel Grand Alia, Cikini, Jakarta Pusat (Jakpus), Minggu (27/4/2014).
Emrus mengatakan bahwa koalisi yang digagas oleh Amien Rais tersebut bisa saja terjadi di tengah kebingungan para bakal capres dalam mencari pendampingnya.
Boleh saja. Politik itu dinamis, transaksional, dan dalam hitungan detik bisa saja mereka mereka melakukan itu. Makanya kalau ingin mengalahkan Jokowi adalah semua partai bergabung, apa bisa atau tidak itu soal kedua, kata Emrus.
Dia juga menekankan bahwa banyaknya koalisi justru menguntungkan kubu Jokowi karena akan memecah suara konstituen menjadi berkeping-keping. Jadi kalau ada 3 atau 4 poros, pasti akan dimenangkan Jokowi, ujar Emrus.
Bahkan, lanjutnya, poros koalisi dari partai-partai Islam yang disebut-sebut mampu menandingi elektabilitas Jokowi, tidak akan bertahan di dalam pertarungan Pilpres nanti. Menurutnya, partai-partai Islam juga harus bersahabat dengan partai-partai nasionalis, sekaligus membentuk kekuatan baru di dalam koalisi Indonesia Raya.
Kalau koalisi partai Islam tapi partai nasionalis tidak menyatu juga, tetap tidak bisa. Karena kalkulasi partai nasionals versus partai Islam saya kira masih menang yang nasionalis. Tapi terkecuali kalau partai Islam bergabung dengan partai nasionalis kecuali PDIP, itu akan berbeda lagi peta politiknya, ucap dia.
Emrus juga mengatakan, dengan terbentuknya koalisi tersebut, PDIP dengan Jokowi-nya otomatis akan gagal melanggeng ke tahap pendaftaran capres.
Jokowi jadi sendirian bahkan dia tidak akan mencalonkan diri karena tidak mencapai syarat presidential treshold 20 persen. Kalau mau strategi, itu adalah satu-satunya cara. Gabungkan semua partai tanpa PDIP. Luar biasa itu, ujar Direktur Emrus Corner tersebut.
Kendati demikian, koalisi tersebut nyaris menjadi utopia. Pasalnya, tidak mudah menyatukan partai-partai ke dalam koalisi politik yang besar. Ditambah tidak ada kesamaan niat di antara partai-partai politik Islam untuk membentuk koalisi, menjadi kendala terberat membentuk koalisi indonesia Raya.
Tapi tidak gampang menyatukan ini semua. Namun sangat perlu diperhitungkan. Karena kalau menyatu poros Indonesia Raya ini, kalau kita hitung-hitunganan itu bisa mengancam Jokowi, tuturnya.
Sementara itu, untuk mencari capres yang diboyong bersama-sama oleh partai-partai yang tergabung dalam koalisi super tersebut juga tidak mudah.
Saya kira sangat dinamis ya. Tapi mungkin pertama adalah dari Partai Gerindra dengan Prabowo-nya karena elektabilitasnya tertinggi kedua, lalu bisa juga Mahfud M.D., pikirnya. [dod/jpnn]
Orang ini sdh jelas dengki thdp Jokowi, jadi analisanya tdk bisa dianggap valid. Bagi Orang yg emosi / dengki maka apapun kelebihan orang lain dipikirannya selalu berubah negatif.
BalasHapusBenar, jenis manusia seperti ini yg membuat Indonesia ngak maju-maju. Pakar Komunikasi UPH bagaimana kawan ini... Untuk orang batak sifat yg dimilikinya disebut : LATE. Mulai sekarang kita beri gelar aja Mr. LATE.
BalasHapusemrus sihombing ini krjnya cm ngejatohin jkw doang tanpa ksh solusi yg jitu, ngomongnya ngelantur kmn-mana, cm nerawang2 ga jls, si emrus cocoknya jd dukun, yg skali dtg byr goceng
BalasHapus