Selain itu, mantan Presiden RI kelima tersebut lebih berpengalaman dalam mengurus berbagai persoalan, termasuk membangun bangsa ini ketimbang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang mengurus ibukota.
"Kekurangan dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentunya menjadi kekuatan Mega untuk melakukan perubahan. Mega lebih pengalaman dari Jokowi karena sudah pernah menjabat sebagai presiden," ujar Koordinator PMPHI Gandi Parapat, di Medan, Senin (23/12/2013).
Gandi mengatakan, kans PDI Perjuangan semakin besar jika Mega dapat memenangkan Pilpres di tahun mendatang. Bila kemenangan itu terjadi justru semakin memperkuat partai oposisi pemerintahan SBY di berbagai daerah.
"Jokowi merupakan contoh positif pilihan Mega. Jokowi naik tidak terlepas dari peranan Mega. Ada upaya dari pihak lain yang ingin memprovokasi hubungan Mega dengan Jokowi. Nama Jokowi pun semakin populer," jelasnya.
Ditambahkan, kans PDI Perjuangan semakin besar karena Jokowi tidak menanggapi upaya politisi yang ingin merenggangkan hubungan Mega dengan Jokowi. Etika berpolitik Jokowi juga menguntungkan PDI Perjuangan.
"Jika Jokowi bisa mengenyampingkan hasil survei dan tetap menghormati Megawati, tentunya ini membawa nilai positif buat partai yang membesarkannya. Kondisi bangsa sekarang menguntungkan Mega," imbuhnya.
Menurutnya, bangsa ini belum dapat melupakan tokoh perjuangan sekaligus pendiri bangsa, Soekarno. Semangat perjuangan yang dibangun proklamator RI tersebut masih melekat dalam benak rakyat di Tanah Air.
Disebutkan, kelemahan dari pemerintahan SBY yang menguntungkan Mega dalam hal penegakan hukum. Di era pemerintahan SBY, konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri, sudah dua kali terjadi.
"Penegakan hukum lemah di periode kedua pemerintahan SBY. Di era kepemimpinan Mega, tidak pernah terjadi perseteruan antara KPK dengan Polri. Dan, nama keluarga Mega tidak pernah terseret dalam kasus hukum.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar