Senin, 23 Desember 2013

Adu Kuat Pro Jokowi vs Pro Mega

Bila di Jakarta ada Pro Jokowi untuk mendorong Gubernur DKI Jakarta menjadi Presiden, di Blitar sejumlah massa yang menamakan diri Barisan Pro-Mega mendeklarasikan dukungan kepada Megawati Soekarno Putri untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia dalam Pemilu 2014. Mereka berharap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meski Jokowi memiliki popularitas sangat tinggi.
Aksi puluhan simpatisan pendukung Megawati ini dilakukan di kompleks makam Bung Karno di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, siang tadi. Dengan membawa spanduk dukungan bertuliskan Megawati Calon Presiden, mereka menyeru masyarakat agar tetap setia mendukung putri Proklamator ini menjadi presiden. “Ibu Megawati adalah trah (keturunan) Bung Karno yang sanggup memimpin bangsa ini,” kata Budi Suasono, Ketua Barisan Pro-Mega Jawa Timur di Blitar, Rabu, 11 Desember 2013.
Bersama puluhan simpatisan Barisan Pro-Mega dari berbagai kota di Jawa Timur, Budi memimpin deklarasi ini dengan berziarah di makam Bung Karno. Selain mendoakan arwah Bung Karno, pendukung fanatik Megawati ini juga berdoa demi pencalonan idola mereka menjadi presiden. Mereka yakin bangsa Indonesia akan maju dan berjaya jika dipimpin oleh keturunan Bung Karno.
Budi menegaskan, barisan ini tidak digerakkan oleh siapa pun dan murni merupakan kehendak masyarakat akar rumput. Karena itu, mereka akan mensosialisasikan sikap ini kepada barisan Pro-Mega di daerah lain agar segera melakukan deklarasi yang sama. “Keinginan kami sudah bulat untuk mendukung Ibu Mega.”
Sementara itu, beberapa kader dan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mendeklarasikan dukungannya untuk Joko Widodo sebagai calon presiden 2014 yang dinamakan Pro Jokowi (PROJO). PROJO diprakarsai kader dan aktivis UI 98 seperti Budi Arie Setiadi, Fahmi Alhabsyi, Jonacta Yani, dan Firmansyah. Serta simpatisan dari paguyuban warga kota-kota di Jawa Tengah yang tinggal di Jakarta.
"Yang minta ini paguyuban-paguyuban Jawa Tengah, mereka bilang ini kelihatannya PDIP kok tidak pro Jokowi untuk capres, jadi kita tampung aspirasi itu," ujar Sekretaris Koordinator Nasional PDI Perjuangan Pro Jokowi (PROJO), Budi Arie Setiadi, di sela-sela pendeklarasian PROJO, di Jakarta Selatan, Sabtu, 21 Desember 2013. Pada acara ini, Budi mengakui hanya menyediakan sekitar 100 undangan baik kader atau simpatisan lantaran keterbatasan dana. "Karena kita inginnya partisipatif, urunan, nggak perlu modal banyak-banyak, Jokowi nggak perlu itu." Untuk sekretariat PROJO, kata Budi, juga sumbangan sukarela dari salah satu simpatisan PDIP yang menginginkan Jokowi jadi Capres, yakni pengusaha Huddy Assegaf.
Budi mengklaim mayoritas kader partai banteng di daerah-daerah mendukung Jokowi jadi capres, namun belakangan ini malah beredar wacana pasangan Mega-Jokowi. Memang hingga saat ini partainya belum menentukan capres yang akan diusung, dan sesuai mandat kongres PDIP 2010 di Bali dimana soal pencapresan ditentukan Megawati. Menurut Budi, dari partai seperti itu aturannya, tapi secara politik tidak berlaku. "Rakyat dong yang menyampaikan aspirasinya. Rakyat maunya siapa? Kita maunya Jokowi. Kalau nggak gitu, partai lain yang mengambil," ujar mantan Kepala Bidang Litbang DPD PDIP DKI Jakarta ini.
Para pemrakarsa PROJO yang dulunya juga pendiri Posko Megawati Gotong Royong pada 1998 ini berharap Mega mendengarkan aspirasi mereka soal pencapresan Jokowi. Tak main-main, Budi menyebutkan PROJO akan didirikan di daerah-daerah seluruh Indonesia. "Selama Januari ini kita optimalkan pendirian-pendirian posko di daerah, supaya orang bisa melihat dukungan untuk Jokowi ini riil," kata dia.

Sumber :
tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar