Senin, 23 Desember 2013

Jokowi dan Anugerah untuk PDI Perjuangan

Sepanjang tahun 2013, popularitas dan elektabilitas kader PDI Perjuangan yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, terus meroket. Namanya merajai hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga sebagai kandidat calon presiden paling populer.
"Fenomena Jokowi" ini turut memberikan "madu" bagi PDI Perjuangan. Sambutan terhadap Jokowi sudah muncul sejak PDI Perjuangan mengusungnya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada Pemilihan Kepala Daerah 2012. Saat pelantikan pada 15 Oktober 2012, Jokowi yang terpilih bersama pasangannya Basuki Tjahaja Purnama mendapatkan sambutan luar biasa.
Ribuan warga Ibu Kota memenuhi Gedung DPRD DKI Jakarta, bahkan hingga ke pelataran dan jalan raya di depan gedung tersebut.
Kehadiran ribuan warga itu bisa dibilang merupakan peristiwa langka. Mereka tiba sejak pagi dan rela menahan sengatan matahari siang demi menyaksikan langsung pelantikan Jokowi. Tepuk riuh tak terbendung saat Jokowi menyambut warganya untuk pertama kali seusai resmi dilantik sebagai gubernur.

Layak "naik kelas"
Memasuki 2013, sambutan terhadap Jokowi kian bertambah. Gayanya memimpin Jakarta diapresiasi. Meski tak sedikit yang mengkritisi. Wacana pun muncul, Jokowi dinilai layak "naik kelas" maju ke kontestasi kepemimpinan nasional.
Sekitar triwulan kedua tahun 2013, beberapa lembaga survei mulai memaparkan hasil survei yang menempatkan Jokowi sebagai tokoh paling potensial sebagai calon presiden periode 2014-2019. Hasilnya, nama Jokowi selalu berada di posisi teratas, mengungguli tokoh lainnya seperti Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, dan Megawati Soekarnoputri. Sejak itu, harapan pada PDI Perjuangan agar mengusungnya sebagai calon presiden pun bermunculan.
Tingginya popularitas dan elektabilitas Jokowi juga dimanfaatkan PDI Perjuangan untuk memenangkan pemilihan kepala daerah. Ia kerap didaulat menjadi juru kampanye untuk mendukung pasangan calon kepala daerah yang berasal dari PDI Perjuangan. Meski tak selalu menang, kehadiran Jokowi sebagai juru kampanye dianggap mampu mengatrol perolehan suara pasangan yang diusung PDI Perjuangan.
Pada triwulan ketiga, popularitas dan elektabilitas Jokowi dalam sejumlah survei kian menanjak. Namanya terus menduduki posisi puncak, minimal dua besar di seluruh survei yang dirilis oleh berbagai lembaga.
Bahkan, peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi sangat yakin Jokowi akan menang mudah jika pemilihan presiden digelar saat itu juga.
"Jokowi itu bisa dengan siapa saja, bersanding dengan daun pun pasti menang," kata Kristiadi, di Jakarta, Rabu (24/7/2013).
Tak sedikit yang mengamini bahwa kehadiran Jokowi akan mengubah konstelasi politik nasional, khususnya saat pemilihan umum digelar tahun depan.
Mantan Walikota Surakarta itu dipercaya tak hanya dapat memenangkan pemilihan presiden, tetapi juga dapat memengaruhi perolehan suara PDI Perjuangan di pemilihan umum legislatif. Di titik ini, PDI Perjuangan sangat menikmatinya.
Pada 6 September 2013, PDI Perjuangan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Ancol, Jakarta. Ada sekitar 1.300 kader PDI Perjuangan yang hadir dalam acara tersebut. Selama Rakernas berlangsung, Jokowi mampu menjadi magnet dan pusat perhatian. Seruan agar PDI Perjuangan mengusungnya sebagai calon presiden semakin santer terdengar.
Ditambah lagi sinyal positif yang dikeluarkan Megawati Soekarnoputri di Rakernas tersebut. Di depan ribuan kadernya, Mega beberapa kali mengeluarkan pujian untuk Jokowi, dan memberinya kesempatan terhormat untuk membaca "Dedication of Life" Soekarno di acara pembukaan Rakernas.
Saat ditanya soal ini, Jokowi selalu menjawab sambil tersennyum. Dengan jawaban yang selalu dilontarkannya bahwa ia masih ingin membenahi Jakarta dan belum berpikir untuk maju sebagai capres. Jokowi juga mengatakan menyerahkan sepenuhnya pada keputusan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Rakernas PDI Perjuangan memberikan rekomendasi pada Megawati agar pasangan calon presiden dan calon wakil presiden disampaikan pada momentum yang tepat sesuai dengan dinamika politik nasional, kesiapan jajaran internal, dan kepentingan ideologis partai.

Parpol lain gusar
Fenomena Jokowi ini membuat partai politik lain gusar. Pengamat politik menamakan fenomena tersebut sebagai "Jokowi effect". Sementara, PDI Perjuangan lebih suka menganggap Jokowi sebagai anugerah.
Sadar dengan anugerah itu, PDI Perjuangan sangat hati-hati dalam memperlakukan Jokowi. Seperti tak ingin direbut, atau dihancurkan kredibilitasnya, PDI Perjuangan mengaku membuat benteng untuk melindungi Jokowi dari serangan politik.
Proteksi yang diberikan PDI Perjuangan kepada Jokowi dilakukan karena ia juga  masuk dalam semua skenario calon presiden PDI Perjuangan. Usulan dari internal menginginkan Megawati maju menjadi calon presiden didampingi Jokowi, atau skenario Jokowi maju dengan kader internal PDI Perjuangan, sampai skenario koalisi yang mengusung Jokowi dengan tokoh dari partai lain.
Sampai saat ini, PDI Perjuangan masih belum mendeklarasikan calon presidennya. Sebagai orang paling berpengaruh, Megawati juga belum membeberkan secara gamblang strategi dan skenario pencapresan yang dipilihnya. Ia hanya mengeluarkan sinya calon presiden dari kandang banteng baru akan diungkap setelah hasil pemilihan legislatif 2014.
Tapi, apa pun strategi yang diputuskan nanti, PDI Perjuangan tentu tak ingin menyia-nyiakan peluang emas memenangkan pemilu tahun depan. Bukan tidak mungkin, masa manis bersama Jokowi akan berlanjut dengan memenangkan pemilihan presiden yang hampir di depan mata.
"Sabar, nanti juga muncul nama itu (capres)," kata Megawati.
Ia menjanjikan dan meminta publik menunggu hingga 9 April 2014. Tepatnya, setelah pemilihan anggota legislatif digelar. Apa keputusan Mega? Kita tunggu saja. 

Sumber :
kompas.com

1 komentar:

  1. Aula Mantan Kapolri Sutanto Polres Sumenep Dipenuhi Wanita Cafe dan Miras
    http://www.maduraexpose.com/aula-mantan-kapolri-sutanto-polres-sumenep-dipenuhi-wanita-cafe-dan-miras/

    BalasHapus