Karena itu, Direktur Eksekutif Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) Denny JA yakin Pilpres 2014 akan mengulangi
Pilpres 2004; capres dari koalisi ramping mengalahkan capres koalisi
partai yang gemuk. Dalam hal ini, pasangan Jokowi-JK, yang memang
didukung koalisi partai dengan persentase yang lebih kecil, aka mirip
dengan SBY di 2014, yang akhirnya akan keluar sebagai pemenang.
Pada Pilpres 2004, jelas Denny JA, pesona
figur SBY melampaui semua capres dari partai besar saat itu. Survei di
2004 mencatat antusiasme publik jauh lebih kuat kepada SBY daripada pada
capres lain seperti Megawati, Amien Rais, Wiranto, maupun Hamzah Haz.
Di 2004 ini, Denny JA termasuk orang yang sering menyatakan SBY akan
menang.
"Kini di 2014, hal yang sama terjadi pada
Jokowi. Survei LSI menunjukkan antusiasme publik ke Jokowi jauh
melampaui antusiasme ke Prabowo. Publik lebih antusias mendukung Jokowi
dengan sukarela ketimbang ke Prabowo. Ini kunci kemenangan Jokowi," kata
Denny JA melalui akun twitter-nya, @DennyJA_WORLD, beberapa saat lalu.
Publik, ungkap Denny, antusias karena
menilia Jokowi bisa lebih dipercaya kejujuran, kepedulian, dan
kedekatannya dengan rakyat. Antusiasme publik itu tak muncul seketika,
tapi hasil jejak Jokowi yang panjang.
Denny mengakui, Prabowo lebih lihai dalam
menarik dukungan elit partai sehingga meski Partai Gerindra berada di
nomor urut tiga namun berhasil menggandeng lebih banyak partai.
Sementara Jokowi memang tidak diberi mandat menarik partai
sebanyak-banyaknya, dan melakukan langkah yang lebih strategis untuk
menarik pemilih.
"Fungsi partai dalam pilpres memang hanya
memberikan tiket saja. Kemenangan datang dari pesona figur sendiri.
Hasil survei LSI Mei 2014, menunjukkan bahwa pesona Jokowi di mata
pemilih masih jauh lebih kuat. Besar kemungkinan Jokowi mengulangi
sukses SBY di 2004. Walau koalisi partai ramping tapi akhirnya menang,"
katanya. [ysa/rmo/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar