Selasa, 20 Mei 2014

Jokowi Lebih Tahan Terhadap Isu Negatif, Prabowo Sebaliknya

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru tentang elektabilitas pasangan calon presiden. Dari survei terakhir LSI diketahui bahwa kampanye negatif akan sangat berpengaruh pada elektabilitas pasangan yang bersaing di pilpres.
Peneliti LSI Ardian Sopa dalam paparan hasil bertajuk "Head to Head Jokowi-JK versus Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif" di Jakarta, Selasa (20/5/2014) mengatakan, isu negatif terhadap kedua pasang capres berpengaruh terhadap keinginan pemilih untuk memilih.
Menurutnya, isu negatif tentang Prabowo berpotensi menggerus 40-51 persen suara capres yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu. Sedangkan terhadap kubu Jokowi-JK, isu negatif menggerus 40-44 persen suara pasang capres yang diusung koalisi PDIP, NasDem, PKB dan Hanura itu. “Kampanye negatif jika dipercaya pemilih, berefek cukup besar terhadap elektabilitas para capres,” ucapnya.
Survei LSI itu dilakukan pada 1-9 Mei 2014 menggunakan metode multistage random sampling dengan 2.400 responden. Margin of error survei tu dipatok kurang lebih 2 persen.
Lebih lanjut Ardian menjelaskan, salah satu isu negatif soal Jokowi tentang capres boneka bisa dikendalikan Megawati Soekarnoputri dan negara asing. Dari survei itu diketahui bahwa 39 persen responden mengaku pernah mendengar isu itu. Sedangkan 61 persen tidak pernah mendengar isu itu.
Dari responden yang pernah mendengar isu Jokowi capres boneka, 28,2 persen mempercaya kabar negatif itu. Sedangkan yang tak percaya kabar itu 51,5 persen.
LSI juga menyodorkan pertanyaan andai isu Jokowi capres boneka memang benar. Hasilnya, 38,3 persen responden tetap memilih Jokowi, sedangkang 40,2 persen responden tak mau memilihnya.
Soal isu Jokowi berbohong karena tidak menepati janji menyelesaikan persoalan sebagai Gubernur Jakarta selama lima tahun penuh, 36,7 persen responden menjawab pernah mendengarnya. Sedangkan 63,3 persen responden tidak pernah mendengarnya.
Namun, hanya 22,8 persen responden yang percaya Jokowi ingkar janji. Sedangkan yang tidak percaya 66,8 persen. Namun jika informasi Jokowi ingkar janji itu benar, maka yang memilihnya tinggal 40,7, sedangkan 40 persen responden yang pernah mendengar kabar itu memilih untuk meninggalkan capres yang juga kader PDIP itu.
Bagaimana dengan isu negatif soal keterlibatan Jokowi dalam kasus korupsi pengadaan bus Transjakarta dari China? 80,4 persen responden ternyata menjawab tidak pernah mendengar isu itu dan hanya 19,6 persen menjawab pernah mendengarnya. Responden yang pernah mendengar isu itu lalu percaya hanya 22,1 persen, sedangkan yang tidak percaya 72,4 persen. Jika informasi itu benar, yang memilih Jokowi 35,4 persen dan tidak 44,9 persen.
Pertanyaan lainnya tentang Jokowi adalah isu bahwa mantan Wali Kota Surakarta itu akan lebih membela kepentingan kelompok minoritas dan tidak memperhatikan kepentingan muslim. Ternyata 91 persen responden tak pernah mendengarnya. Yang menjawab pernah mendengar isu itu hanya 9,0 persen.
Sementara yang pernah mendengar isu Jokowi tak pro-muslim lalu percaya 20,2 persen, sedangkan yang tak percaya 59,5 persen. Jika informasi itu benar, yang tetap memilih Jokowi 32,5 persen dan yang tidak 42,5 persen.
"Bagi yang percaya, kampanye negatif atas empat isu itu akan menurunkan dukungan pada Jokowi sekitar 40 persen," kata dia.
LSI juga menyodorkan empat isu negatif tentang Prabowo. Pertama adalah soal Prabowo terlibat dalam kasus penculikan aktivis tahun 1998. Ada 32,6 persen responden yang pernah mendengar soal itu. Sedangkan yang tidak pernah mendengar 67,4 persen.
Yang pernah mendengar isu Prabowo terkait penculikan kemudian percaya ada 51,5 persen responden, sedangkan yang tak percaya 28,2 persen. Andai isu itu benar, yang tetap memilih Prabowo ada 34 persen responden dan yang tidak 43 persen.
Isu negatif lain tentang Prabowo adalah tentang keluarganya yang tak harmonis. 21 persen responden mengaku pernah mendengar kabar itu, sedangkan 79 persen lainnya tak pernah mendengarnya.
Yang pernah mendengar Prabowo tak harmonis dalam kehidupan keluarga kemudian percaya ada 66,8 persen. Hanya 22,8 persen saja yang tak percaya. Kalaupun kabar itu benar, yang memilih Prabowo ada 34,9 persen dan yang tidak 40 persen.
Soal Prabowo yang temperamental dan tidak bisa mengendalikan emosi serta suka menggunakan kekerasan, ada 18,9 persen responden yang pernah mendengarnya. Sedangkan yang tak pernah mendengar kabar itu ada 81,1 persen.
Yang pernah mendengar lalu percaya 72,4 persen, sedangkan yang tak percaya 22,1 persen. Namun jika kabar Prabowo temperamental itu benar, ada 29,7 persen yang tetap memilihnya, sedangkan 51,5 persen lainnya tak mau memilih mantan Danjen Kopassus itu.
Kemudian soal Prabowo tidak sukses dalam bisnis karena perusahaannya banyak yang rugi dan hutang, hanya 7,4 persen responden yang pernah mendengarnya. Sedangkan 92,6 persen tidak pernah mendengar.
Yang mendengar isu itu lalu percaya 59,5 persen, sedangkan yang tidak 20,2 persen. Jika itu benar, yang memilih Prabowo ada 23 persen, sedangkan yang tidak 48 persen.  [boy/jpnn]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar