Pasangan Prahara (Prabowo-Hatta Radjasa) benar-benar membangun koalisi 'Tenda
besar' dengan menggabungkan semua kekuatan partai politik. Koalisi ini
dibuat tentunya dengan tujuan untuk bertarung melawan pasangan
JokoJek (Jokowi-Jusuf Kalla) yang hanya diusung empat parpol.
Hingga sejauh ini, Prabowo-Hatta sudah jelas diusung Gerindra,
Golkar, PAN, PPP, dan PKS, serta kemungkinan ditambah Partai Demokrat.
Namun menurut Sekjen PDI-P, Tjahjo Kumolo, pihaknya tak terlalu
mempermasalahkan hal itu.
"Sebab bicara pilpres sangat beda dengan pileg. Di pilpres itu figur
yang dipilih, parpol hanya sebagai pelengkap," kata Tjahjo di Jakarta,
Senin (20/5/2014).
Tjahjo mengakui bahwa Prabowo-Hatta memang kemungkinan besar didukung
juga oleh kekuatan modal di sisi media massa televisi. Pasalnya,
pemilik televisi TV One dan Anteve yakni Aburizal Bakrie, dan pemilik
MNC Group Hary Tanoedusibjo, dikabarkan merapat ke Prabowo-Hatta. Hanya
saja, meski terpaan media televisi kena ke 81 persen masyarakat, namun
belum tentu efektif untuk pemenangan.
"Memang dukungan media sangat penting. Tapi bergerak dan bersentuhan
dengan masyarakat itu lebih penting. Jokowi sebanyak mungkin harus
bersentuhan dengan masyarakat, termasuk Pak JK," jelasnya.
Lebih jauh, Tjahjo menekankan bahwa yang lebih penting adalah
kompetisi di pilpres harus dipastikan berlangsung jujur dan adil. Para
pelibatnya harus menjauhkan diri dari potensi kecurangan yang ada.
"Kami tak terancam dengan poros koalisi gemuk. Yang penting KPU dan
TNI netral, tak ada mobilisasi anggaran dan sturktur negara seperti di
2004 dan 2009. Kalau itu terjadi, saya kira akan fair," ujar Tjahjo. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar