Jika koalisi Partai Gerindra dengan Partai Golkar (PG) untuk mengusung capres-cawapres terwujud, maka terbuka peluang munculnya poros alternatif yang digalang Partai Demokrat. Sebab, Partai Golkar atau Gerindra akan kehilangan poros sendiri sehingga memungkinkan muncul koalisi alternatif itu.
"Poros baru akan muncul di bawah kendali Demokrat," kata Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti kepada INDOPOS (Grup JPNN), di Jakarta, kemarin (6/5/2014).Menurut Ray, analisa itu didasari sulitnya Gerindra akan merangkul Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk bergabung dalam satu koalisi. Sementara baik PAN maupun PKS berharap elite partainya bisa menjadi cawapres dari Prabowo.
"PKS tak sekadar menjadi teman koalisi Gerindra karena target mereka sendiri adalah cawapres. PKS telah menyiapkan 3 nama (Ahmad Heryawan, Hidayat Nurwahid, dan Anis Matta) untuk jadi cawapres,” katanya.
Sebagai partai yang terlebih dahulu merapat ke Gerindra, kata dia, tentu tidak mudah amanah mereka diabaikan. Begitupula dengan PAN yang juga menyodorkan Hatta Rajasa sebagai cawapres dari Prabowo.
Nah, dengan masuknya Golkar, kata Ray, keinginan kedua partai ini memajukan elite-nya menjadi cawapres dari Prabowo akan pupus.
Jika begitu, artinya dua partai ini, PKS maupun PAN, akan mencari gerbong koalisi yang baru yang bisa mengusung elite partainya menjadi cawapres atau posisi penting di kabinet.
Pilihannya jatuh kepada gerbong yang mungkin dipimpin PD. Mengapa" Karena koalisi besar dimungkinkan akan dikantongi oleh kubu Jokowi di bawah gerbong PDIP, PKB, dan NasDem. Jika Gerbong Prabowo diisi oleh Gerindra dan Golkar, maka Demokrat akan tampil membuat gerbong baru untuk menggandeng partai-partai yang belum resmi berkoalisi.
Dengan kemampuan menarik gerbong koalisi baru, ujar Ray, setidaknya pasangan yang tersedia adalah duet Dahlan Iskan-Hatta Radjasa (DI-HR).
"Dahlan itukan elektabilitasnya paling tinggi di antara peserta Konvensi Demokrat. Jadi kalau Demokrat mau membentuk poros baru, maka Dahlan lah yang paling mungkin untuk menjadi capresnya," jelasnya.
Duet Dahlan-Hatta pun bisa menjadi kuda hitam. Duet ini, lanjut Ray, bisa jadi pasangan capres alternatif. "Dengan ketatnya persaingan gerbong Jokowi vs Prabowo, dan banyaknya peningkatan kampanye negatif yang menimpa kedua pasangan tersebut, tidak mustahil pemilih mencari alternatif capres dan cawapres. Alternatif itu bisa jadi ada pada DI-HR," imbuhnya.
Munculnya duet Dahlan-Hatta Rajasa mendapat sambutan baik dari Barisan Pemuda Nasional Hatta Radjasa (Bapenas HR). Menurut penggagas Bapenas HR Suaeb Efendi, Hatta yang menjadi Menteri Koordinator Perekonomian itu layak menjadi kandidat cawapres, karena dinilai mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
"Pak Hatta bisa menjaga stabilitas perekonomian Indonesia di saat negara-negara Uni Eropa sedang dilanda krisis perekonomian, sehingga krisis tidak mempengaruhi negara kita," kata Suaeb, saat dihubungi Indopos.
Dia mengklaim, sebagai menteri perekonimoan prestasi terbaru yang ditunjukkan Hatta adalah naiknya investment grade Indonesia dari lembaga pemeringkat Independent Moodys yang dianggap baik.
"Capaian invenstmen grade dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen, inflasi 3,7 persen dan angka kemiskinan yeng semakin menurun sejak 2004 hingga sekarang. Itu menjadi bukti negara ini bukan autopilot yang seperti yang dikritik berbagai kalangan," ujarnya.
Didasari pandangan tersebut, Suaeb mengatakan, siapapun capresnya, Hatta Rajasa bisa menjadi cawapresnya. Terutama lagi jika disandingkan dengan Dahlan yang memiliki idealisme dan semangat kerja secara profesionalisme.
"Kami menginginkan siapapun capresnya, apalagi ada Pak Dahlan dengan Pak Hatta jadi cawapresnya. Sejak 2001 menjadi Menteri Riset dan Tekhnologi, lalu 2004 menjadi Menteri Perhubungan dan 2007 menjadi Menteri Sekretaris Negara itu menjadi pertimbangan kami dan membuat kami yakin beliau bisa mendampingi siapapun capresnya. Terlebih lagi mendampingi Dahlan yang memiliki etos kerja yang tinggi. Dan keduanya adalah tokoh nasionalis," tandas Suaeb. [dli/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar