Rabu, 19 Maret 2014

Ray Rangkuti: Apa Independensi Jokowi Kuat?

Fenomena dan euforia Jokowi saat ini sebagai calon Presiden (capres) dinilai sama momennya ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hendak maju sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan bangsa  Indonesia sebenarnya sudah punya pengalaman ketika memilih pemimpin hanya berdasarkan faktor populer. Menurutnya saat itu SBY sangat populer dan didukung koalisi besar, namun pada akhirnya tetap tidak bisa apa-apa karena ada kepentingan politik.
Hal yang sama dinilai juga terjadi pada momen pencapresan Jokowi saat ini, dimana Jokowi dikenal sangat manut pada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Sejauh mana Jokowi punya independensi kuat? Jokowi orang Jawa, senioritas sangat melekat pada dirinya. Bagaimana dia (Jokowi) independen dari Megawati? Megawati selain Ketua Umum, juga senior. Ada urusan struktural dan kultural yang membatasi beliau. Ini problemnya," ungkap Ray saat diskusi politik di d'Consulate Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Ray menuturkan dirinya belum melihat dalam diri Jokowi bahwa mantan Walikota Solo itu bisa berdiri independen tanpa terpengaruh kepentingan partai. Contoh Jokowi belum bisa independen dari partai, kata Ray, saat Jokowi meninggalkan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan memilih mengikuti Megawati.
"Jujur saya belum melihat Jokowi punya independensi diluar unsur dirinya, yakni dari senior dan kepentingan partai. Sebagai contoh, kedekatan dengan Megawati kemudian meninggalkan tugasnya sebagai Gubernur," tuturnya.
"Mungkin itu cara Pak Jokowi untuk memikat hati Megawati supaya diangkat menjadi capres. Bisakah Jokowi berpisah dengan PDIP setelah jadi Presiden? Bukan berpisah struktural dan visi, tapi berpisah kepentingan. Bisa tidak Jokowi independen dari PDIP? Jokowi berani tidak katakan, sejak terpilih jadi Presiden, saya Presiden RI bukan Presiden dari sebuah partai," tukasnya.

Sumber :
tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar