Ketua Rais Aam Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi meminta mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang juga tokoh NU, Mahfud MD, untuk tak jadi tim sukses dalam Pemilu Presiden 2014 ini.
"Saya tidak merekomendasikan (Mahfud) menjadi tim sukses pasangan (capres-cawapres) mana pun," kata Hasyim dalam siaran pers yang diterima Rabu (21/5/2014).
"Kerjaan tim sukses adalah operasional yang cukup dijabat anak-anak muda tak tak perlu orang sekaliber Pak Mahfud."
Setelah batal menjadi bakal capres untuk diusung Partai Kebangkitan Bangsa, Mahfud "menyeberang" ke poros yang berbeda dengan pilihan partai itu. Bila PKB bergabung ke poros PDI-P yang mengusung pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, maka Mahfud berpaling ke poros Gerindra yang mengusung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Dalam perjalanan koalisi selama tiga hari terakhir, Mahfud kemudian diminta menjadi tim sukses pemenangan Prabowo dan Hatta. Namun, Mahfud mengaku belum memberikan jawaban atas permintaan itu.
"Saya menyarankan Mahfud MD ber-maqam sebagai konsultan capres-cawapres yang ada," lanjut Hasyim. Alasan Hasyim, Mahfud adalah figur yang pernah menjadi anggota legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Lewat pernyataan pers yang sama, Hasyim menyatakan mendukung pasangan Jokowi dan Kalla. Mantan Ketua Umum PBNU ini pekan lalu sempat mengatakan bakal mendukung pasangan mana pun yang mengakomodasi tokoh NU.
"Tempo hari saya menyatakan sebelum selesainya (penentuan) pasangan capres cawapres , bahwa saya akan memilih capres cawapres mana pun, tanpa membeda-bedakan, (asalkan koalisinya) yang ada tokoh NU-nya," kata Hasyim.
"Ternyata sekarang yang ada (tokoh NU-nya) adalah pasangan Jokowi-JK. Maka saya harus konsekuen terhadap apa yang saya katakan, yakni saya memilih Jokowi-JK," lanjut Hasyim. Kalimatnya ini merujuk pada pilihan menjadikan Kalla sebagai pendamping Jokowi.
Meski demikian, Hasyim mengatakan bahwa pilihannya ini bukan semata fanatisme ke-NU-an. "Realita masyarakat Muslim memang kebanyakan warga NU dan NU membuktikan sikap kebangsaan nasionalis (di) sepanjang sejarah Indonesia," kata mantan Ketua Umum PBNU ini tentang keputusan pilihannya.
Soal tokoh NU yang menjadi pendamping Jokowi, Hasyim mengatakan sebenarnya Mahfud juga punya peluang. "Tapi wakil Jokowi tidak mungkin dua. Maka, harus realistis," ujar dia. [kompas]
Gue sepakat dg Pak Kyai Hasyim. Sebaiknya Pak Mahfud sbg tokoh senior betsih dg kenyang pengalaman di legislatif, eksekutif dan yudikatif diposisikan sbg guru bangsa, begawan pemerintahan, brahmana bangsa atau istilah lain sejenisnya yg intinya bisa mengedukasi serta memberikan suri tauladan pd posisi ditengah dan dibelakang bg banyak lembaga pemerintah, dan menciptakan kader2 muda yg jauh lbh baik utk kemajuan bangsa.
BalasHapusGue sepakat dg Pak Kyai Hasyim. Sebaiknya Pak Mahfud sbg tokoh senior betsih dg kenyang pengalaman di legislatif, eksekutif dan yudikatif diposisikan sbg guru bangsa, begawan pemerintahan, brahmana bangsa atau istilah lain sejenisnya yg intinya bisa mengedukasi serta memberikan suri tauladan pd posisi ditengah dan dibelakang bg banyak lembaga pemerintah, dan menciptakan kader2 muda yg jauh lbh baik utk kemajuan bangsa.
BalasHapus