Dua pasang calon presiden siap berlaga di Pemilihan Umum Presiden
pada Juli mendatang. Mereka adalah pasangan Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Berbagai manuver
politik terus dilakukan keduanya untuk mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Tak lupa, misi menyejahterakan rakyat juga terus
digaungkan.
Meski akan bertarung habis-habisan untuk mendapatkan
kursi RI-1, rupanya dua pasang kandidat capres ini sedikit memiliki
kesamaan dalam hal penampilan dan pemilihan busana. Tidak terlalu mewah
dan memilih warna yang netral.
Sebagai calon presiden, Joko
Widodo, tetap memilih gaya busana yang santai.
Penampilan Jokowi saat
mendeklarasikan diri tak ada bedanya ketika dia menjabat sebagai
gubernur DKI.
"Pak Jokowi itu kan kalau kita lihat cara
berbusananya kasual, di mana dia memilih lengan panjang agar tidak
terlalu kelihatan cungkring kalau pakai lengan pendek. Agar tetap kasual
dia melipatnya sedikit," kata pengamat mode Sonny Muchlison, saat
berbicang dengan merdeka.com, Rabu (21/5).
Dulu, kata Sonny, saat
di Solo sebenarnya Jokowi juga senang memakai batik. Tapi ketika
memimpin Jakarta, dia memilih berkemeja putih. "Batik itu kan identik
dengan Jawa, nah ketika di Jakarta kan semua suku ada makanya dia
memilih senang berkemeja putih untuk memberikan kesan netral," jelasnya.
Sonny
menduga hal itu pula yang menjadi alasan Jokowi tetap memilih kemeja
putih yang menjadi ikon busananya saat mendeklarasikan diri sebagai
capres bersama wakilnya Jusuf Kalla.
"Busana itu kan sebagai
komunikasi. Warna putih itu menggambarkan seseorang yang netral, orang
yang bisa dekat sama siapa pun, tidak mengintimidasi, dan tidak sok
tahu. Di dunia ini, pemimpin dunia pun selalu mengenakan kemeja putih
saat bekerja terutama yang dari Asia dan itu sejak dulu. Lihat saja
Mahatma Gandhi. Apalagi pemimpin dari Arab, putih itu kan suci,"
ungkapnya.
Tapi, dia menyarankan Jokowi sedikit membenahi cara
berpakaiannya. Apalagi kini, dia seorang calon presiden. "Coba lihat
ketika seorang senator di White House, maka dia harus ditata. Harga diri
seseorang dinilai dari caranya berbusana dulu. Nanti jadi pertanyaan
ini juragan apa sopir, kalau orang lain kan belum tentu kenal"
kritiknya.
"Pakaian itu attitude dan manner yang membuat
seseorang menjadi lebih istimewa. Pakaian itu strata sosial seseorang.
Apalagi dia akan berhadapan dengan dunia internasional, harus ada
elegansinya, jangan lupakan itu," pungkasnya. [lia/merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar