Pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla
siap menjalankan konsolidasi perbankan agar tercipta penguatan perbankan
yang diperlukan untuk memenangi persaingan dengan bank-bank asing.
Politisi
PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari di Jakarta, Rabu, mengatakan jika PDI
Perjuangan beserta koalisinya dipercaya rakyat untuk memerintah, yang
menjadi perhatian adalah Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri
sendiri dan bank BUMN nasional tidak sampai kalah bersaing dengan
bank-bank asing.
Karena itu dibutuhkan bank BUMN yang ramping dan
efisien dengan permodalan yang kuat."Konsolidasi perbankan guna
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 harus dilakukan," ujarnya.
Dia
menambahkan dalam visi dan misi Jokowi-JK berjudul 'Jalan Perubahan
untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian', Jokowi-JK
mengagendakan kedaulatan di bidang keuangan dan penguatan sektor
keuangan berbasis nasional.
Untuk kedaulatan di bidang keuangan,
program pertama pasangan tersebut adalah memperluas inklusi keuangan,
yakni minimal 50 persen penduduk bisa mengakses lembaga keuangan.
Menurut
dia Jokowi-JK juga berkomitmen membangun penguatan sektor keuangan
berbasis nasional. Pertama, melalui instrumen regulasi, yakni harus ada
pembatasan penjualan saham bank nasional kepada bank asing dan
pengaturan yang lebih ketat untuk menghindari konglomerasi tumpang
tindih.
Langkah kedua melalui pendekatan diplomasi. Asas
resiprokal bagi bank-bank Indonesia harus segera diimplementasikan.
Pasangan Jokowi-JK berkomitmen pula mendukung perbankan nasional untuk
mengembangkan sayapnya ke luar negeri, terutama di Asean.
Ketiga
adalah menggunakan instrumen standardisasi keuangan yang jelas. Keempat
adalah menggunakan instrumen penguatan kelembagaan terutama untuk
membuat microfinance menjadi lebih bankable.
Sementara itu,
Ekonom UGM Sri Adiningsih mengatakan jika Jokowi-JK memerintah,
konsolidasi perbankan nasional akan disesuaikan dengan kebutuhan. "Itu
tergantung kebutuhan perbankan kita," ujarnya.
Dia mengatakan
perbankan harus menata diri agar tidak sampai dikuasai asing, penting
untuk segera mengatur indeks perbankan, kecukupan modal, dan lainnya.
"Pokoknya banyak cara," lanjutnya.
Pengamat Pasar Modal Edwin
Sinaga mengatakan untuk mewujudkan konsolidasi perbankan nasional,
pemerintahlah yang harus menjadi pionir.
"Logikanya, sebagai pemegang saham di bank BUMN, pemerintah justru harus memberikan contoh pentingnya hal tersebut," ujarnya.
Menurutnya,
rencana akuisisi bank BTN oleh Bank Mandiri adalah sesuatu yang baik,
namun karena ini adalah tahun politik, hal tersebut dianggap tidak
tepat. Edwin berharap pemerintahan baru nanti segera mengimplementasikan
langkah konsolidasi perbankan yang saat ini tertunda.
"Jusuf
Kalla pasti sudah mengetahui pentingnya langkah ini, secara platform
pasti sudah sama. Tinggal langkah untuk memulainya dan konsolidasi
perbankan bukanlah isu baru, yang diperlukan saat ini adalah mewujudkan
hal tersebut," katanya. [republika]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar