Kemunculan iklan kematian atau obituari dengan gambar calon presiden (capres) PDI Perjuangan (PDIP), Joko Widodo yang beredar di media sosial dinilai sebagai bentuk kampanye hitam.
Namun, tidak menutup kemungkinan kampanye hitam tersebut justru dimanfaatkan tim Jokowi untuk menimbulkan kesan dizalimi.
Menurut pengamat politik Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad, kampanye pencitraan sebagai pihak terzalimi sudah tidak efektif lagi. Pasalnya, masyarakat semakin cerdas dan tidak mudah termakan kampanye pencitraan.
"Bisa dimanfaatkan kelompok Pak Jokowi untuk memberi kesan dizalimi, disudutkan. Menurut saya jadi tidak efektif karena masyarakat semakin cerdas," kata Herdi kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (10/5).
Herdi menuturkan, pencitraan dizalimi terkesan mengulang-ulang dan membosankan. Karenanya Herdi menyarankan agar kampanye diarahkan untuk mencerdaskan masyarakat dengan beradu visi misi yang terukur.
"Visi misi yang jelas terukur. Misalnya, bagaimana memajukan kedaulatan ekonomi. Bagaimana mekanisme, metode, dan caranya? Bagaimana kerjanya, langkahnya, kebijakannya. Masyarakat ingin tahu itu dibanding kampanye dikabarkan meninggal. Itu tidak konstruktif," ujar Herdi. [dil/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar