Sabtu, 10 Mei 2014

Ganjal Cawapres Jokowi: Abraham Samad Harus Disidang Kode Etik

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi disarankan segera memeriksa Abraham Samad sebelum terlanjur melanggar kode etik KPK.
Saran tersebut disampaikan mantan Penasihat KPK Abdullah Hehamahua kepada Rakyat Merdeka Online (Grup JPNN.com), Sabtu (10/5/2014) terkait menguatnya nama Abraham Samad sebagai calon wakil presiden.
Kenapa Abraham Samad harus diperiksa? Hehamahua menjelaskan, kalau Abraham yang juga Ketua KPK itu dilobi pihak manapun untuk menjadi cawapres, tentu mereka bertemu atau berhubungan, minimal misalnya lewat sambungan telepon.
"Beliau (Abraham) sampaikan dalam rapim atau tidak (hubungan tersebut)," jelas Hehamahua yang pernah jadi anggota Komite Etik KPK terkait dugaan kebocoran dokumen draf surat perintah penyidikan (sprindik) Anas Urbaningrum dengan terperiksa salah satunya Abraham Samad ini.
Sebab, dia menjelaskan, menurut kode etik pimpinan KPK, setiap komisioner bertemu dengan pihak lain yang bukan anggota keluarga, harus melaporkan ke komisioner lain atau disampaikan dalam rapat pimpinan.
Nama Abraham Samad memang semakin nyaring disebut-sebut bakal digaet sebagai calon wakil presiden.
Setelah sebelumnya sempat diwacanakan akan digandeng calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto, Joko Widodo juga tidak mau kalah. Bahkan, calon presiden PDI Perjuangan ini tadi malam menegaskan Abraham Samad satu di antara dua nama calon yang akan menjadi pendampingnya.
Samad memang tidak pernah menolak atau mengiyakan kalau seandainya dipinang menjadi cawapres.
"Jadi begini, bahwa perjuangan dalam memberantas korupsi itu di mana saja. Baik sebagai presiden, wakil presiden, maupun ketua KPK. Karena itu, visi dan misi saya adalah memberantas korupsi. Namun demikian, kalau memang ada wacana menjadikan saya sebagai cawapresnya, maka menurut saya itu adalah takdir dari Allah SWT," kata Samad dalam satu kesempatan.
Pada sisi lain, Samad juga pernah bertemu Jokowi di ruang tunggu VIP Bandara Adisucipto, Yogyakarta, Sabtu pekan lalu. Meski dia mengaku tak sengaja bertemu Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Saya dari UGM habis kuliah umum. Tidak sengaja bertemu. Tuhan yang mempertemukan saya dengan Pak Jokowi," kata Abraham.
Namun, pegiat anti korupsi dari Jaringan Warga untuk Reformasi (Jawara) Banten, Dahnil Anzar sebelumnya yakin, pertemuan Jokowi dan Samad itu bukan kebetulan.
Baginya, pertemuan itu kian meneguhkan wacana dan romor Samad akan digandeng Jokowi. Dahnil menyayangkan hal tersebut. Karena semakin intens Samad cawe-cawe dalam wacana Pilpres dan politik praktis, akan mengganggu perspektif publik terhadap KPK.
"Kasihan pimpinan KPK dan unsur KPK yang lain yang berusaha melepaskan diri dari image politisasi kasus korupsi, bisa dirusak dengan laku Samad yang agak politis," imbuh dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten ini.   [rmo/jpnn]

3 komentar:

  1. Abraham Samad pst mempertimbangkan bahwa selama di KPK hanya mampu mengawasi, mencegah dan menangkap koruptor dr luar lingkungan. Tetapi jika sbg wapres jauh lbh dekat dan mudah bukan hanya mengawasi juga mengatur penggunaan anggaran negara. Korupsi bermula dr sistem manajemen pemerintahan yg hrs diperbaiki (itu kata Jokowi). Disinilah peran besar Abraham Samad utk perbaikan sistem lbh dr sebatas penggunaan duit rakyat ttp jg pengendalian pengguna uang rakyat. Dg pertimbangan tsb, kode etik bila dibenturkan dg hak dipilih sbg wujud HAM bisa jd kode etik hrs mengalah sprt halnya Jokowi yg berusaha loncat dr kursi gubernur mnjd presiden. Hal tsb bentuk pengistimewaan bg orang2 yg mengabdi pd negara dg jujur, kerja nyata, berkualitas yg dianggap rakyat sbg suatu pilihan terbaik dan tersulit.

    BalasHapus
  2. Betuul bgt bos, kode etik itu sebaiknya bs dijadikan suatu kebijakan fungsional ketika menyangkut kesejahteraan rakyat yg lbh byk/ negara, bila trnyata abraham samad mjd cawapres, dgn adanya pemeriksaan internal trlebih dl thdp tubuh kpk sndr, sy pikir perspektif publik jg akn objektif, krn langkah itu jg dpt meyakinkan masyarakat bhw ada sosok calon pemimpin negara yg bersih yg bs diambil dr kpk, kec, klo ada yg sirik atau iri dlm kpk sndr, itu beda cerita, hahahah ...woles men

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya setuju Hana. Gue pikir loncatnya putra2 terbaik sprt Jkw dan Abraham Samad lbh cepat dr masa tugasnya jg skaligus beri tantangan & peluang munculnya putra2 lainnya yg terbaik bahkan lbh baik dr Jkw dan Abraham Samad. Negara kita butuh percepatan utk disegani di level lbh dr sekedar Asia yaitu level dunia, mk dr itu proses regenerasi jg hrs dipercepat dg terinspirasi oleh tokoh muda jujur dan terbaik sprt Jokowi dan Abraham Samad demi anak cucu kita menghadapi persaingan global.

      Hapus