Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo, menduga perolehan suara partainya yang tidak sampai 20 persen dalam penghitungan suara akhir Komisi Pemilihan Umum (KPU) disebabkan oleh adanya dinamika masyarakat. "Kalau angka-angka itu masih sedikit naik atau turun mungkin karena di lapangan itu ada dinamika," katanya di Hotel Swiss-Belhotel Maleosan, Manado, Sabtu (10/5/2014). Jokowi menolak mengelaborasi dinamika seperti apa yang terjadi di tengah masyarakat.
Jokowi mengatakan hasil penghitungan suara KPU tersebut juga menunjukkan pluraritas partai-partai dengan tidak adanya satu partai pun yang mendominasi. Ia juga menilai posisi PDI Perjuangan yang tetap menempati peringkat pertama sebagai bentuk kepercayaan masyarakat terhadap partai berlambang banteng itu.
"Masyarakat tetap memberikan penghargaan yang tinggi pada PDI Perjuangan. Meskipun kita sepuluh tahun di luar kekuasaan, kita tetap diberi penghargaan oleh masyarakat sehingga kita ada di posisi nomor satu," katanya.
Mengenai perolehan Partai Demokrat yang lebih banyak dibanding hasil hitung cepat sehingga membuat partai itu menempati peringkat keempat dengan 12.728.913 suara atau 10,19 persen, Jokowi menduga hal itu pun terjadi karena adanya dinamika masyrarakat. Tapi ia kembali menolak menjelaskan dinamika apa yang terjadi. "Itu juga karena dinamika di lapangan. Tapi saya tidak tahu dinamikanya seperti apa," katanya.
Berdasarkan hasil akhir rekapitulasi KPU, PDI Perjuangan memperoleh suara terbanyak dengan 23.681.471 suara atau 18,95 persen. Partai Golongan Karya mengekor di tempat kedua dengan 18.432.312 suara atau 14,75 persen. Partai Gerakan Indonesia Raya memperoleh 14.760.371 suara atau 11,81 persen. Partai Demokrat menempati peringkat keempat dengan 12.728.913 suara atau 10,19 persen.
Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Eriko Sotarduga mengaku bingung melihat perolehan suara partainya menurut penghitungan hasil akhir oleh KPU. Berdasarkan hasil rekapitulasi akhir KPU, PDI Perjuangan meraih 18,95 persen.
"Kami bingung karena dari hasil beberapa survei terakhir sebelum pemilihan kami menang minimal 22 persen dan maksimal 28 persen. Artinya kalau ada margin of error kan tidak sejauh itu," katanya di Hotel Swiss-Belhotel Maleosan, Manado, Sabtu, 10 Mei 2014.
Ia mengatakan hasil 18,95 persen memang masih masuk dalam batas tingkat kesalahan, tapi PDI Perjuangan menduga perolehan suara bisa mencapai setidaknya 20 persen.
Eriko menduga perolehan suara yang lebih rendah ini dipicu oleh beberapa hal. Pertama, adanya praktek politik uang di beberapa daerah. Kedua, lemahnya kinerja jajaran KPU. Eriko mengatakan jajaran KPU di tingkat bawah seperti petugas KPPS memiliki kinerja lemah. "Ini seharusnya menjadi perhatian kita ke depan," katanya.
Faktor lain, kata dia, adalah banyaknya suara tambahan di beberapa daerah yang memunculkan pertanyaan. Eriko mencontohkan, di beberapa daerah, tingkat partisipasi mencapai 80 persen. Menurut dia, hal ini tak masuk di akal. "Di daerah-daerah, tingkat partisipasi di atas 80 persen, ini hampir tidak mungkin. Ini terjadi seperti di Nias, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan," katanya. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar