Nama Gubernur DKI dan capres PDIP Jokowi dua kali muncul di soal Ujian
Nasional (UN) SMA, yakni di mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Apa kata Mendikbud M Nuh?
"Makanya ini, itu bagian dari
tim yang sekarang saya terjunkan itu untuk memantau. Bisa jadi nanti
ditemukan nama yang lain lagi. Apa yang terjadi kalu ditemukan nama,
tidak hanya Pak Jokowi atau pak siapa lagi, loh ini jadi bagaimana?"
demikian jawab Mendikbud ketika ditanya nama Jokowi yang muncul lagi di
mata pelajaran Bahasa Inggris SMA/MA hari Rabu (16/4/2014) ini.
Hal
itu disampaikan Mendikbud usai meninjau lembar jawaban UN di
Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Pusat, Rabu
(16/4/2014) ini.
Mendikbud menambahkan, selain Jokowi banyak
nama tokoh-tokoh lain yang ada di soal UN. Yang menjadi masalah, Jokowi
kini sudah menjadi capres PDIP sehingga menjadi perhatian.
"Yang
menjadi perhatian publik saat ini itu adalah ada nama seseorang
meskipun namanya tidak hanya dia (Jokowi), ada banyak nama tokoh-tokoh
lain, cuma karena ini urusan politik sehingga menjadi perhatian. Saya
harus memantau terus ada nggak nama-nama yang lain lagi, jangan-jangan
ada nama kandidat-kandidat lain," imbuh Mendikbud.
Dia lantas
menegaskan kembali bahwa soal UN SMA/MA ini sudah dibuat Oktober 2013,
jauh sebelum Jokowi dinyatakan sebagai capres PDIP. Pihaknya juga
membentuk tim apakah nama Jokowi yang masuk dalam soal UN ini sengaja
atau teledor, memiliki motif tertentu atau tidak.
"Soal ini
dibuat Oktober 2013 jadi cukup lama. Nanti dari penyelidkan ini kita
akan mengetahui apa motifnya semua. Apakah sekedar dianggap nama orang
yang sering beredar di koran-koran media sehingga dimasukkan atau ada
tendensi yang lain, percayakanlah kepada kami untuk mengetahui duduk
perkara seperti apa. Tim sedang berjalan," tuturnya.
Pihaknya
menegaskan sama sekali tak ada niatan memasukkan unsur politik dalam UN.
Dia sangat menentang bila dunia pendidikan dimasuki unsur politik.
"Saya
tidak ada urusan politik. Justru dari awal saya menyampaikan dunia
pendidikan tidak boleh ditarik-tarik ke dunia politik praktis, itu
statement selalu saya sampaikan. Kita tidak ridho, tidak rela, tidak
boleh, harus kita jaga betul roh dari pendidikan oleh karena itu kenapa
kami segera bentuk tim itu untuk memastikan, memastikan latar
belakangnya apa, dari situ kami baru bisa memberikan sanksinya apa,"
tegas mantan rektor ITS Surabaya ini.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar