Adanya biografi singkat yang berisikan keberhasilan dan keteladanan
Gubernur DKI Jakarta Jokowi dalam soal Ujian Nasional (UN) di dua mata
pelajaran, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, diduga sebagai bentuk
kampanye terselubung kepada pemilih pemula.
Ketua Fraksi Gerindra DKI Jakarta M Sanusi mengatakan siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sederajat
merupakan pemilih pemula dalam pemilihan presiden dan wakil presiden
yang akan dilakukan pada 9 Juli 2014 mendatang.
“Karena mereka masih pemilih pemula, sehingga belum menentukan
pilihan yang pasti tentang siapa presiden dan wakil presiden. Nah dengan
adanya Jokowi di soal UN, dua kali lagi dimuat, bisa saja itu untuk
memperkenalkan Jokowi. Apalagi dimuat tentang
keberhasilan-keberhasilannya,” kata Sanusi di Gedung DPRD DKI, Jakarta,
Rabu (16/4).
Mengapa bisa disebut kampanye terselubung kepada pemilih pemula,
Sanusi melihat soal-soal tersebut dimunculkan pada saat tahun ini
sebagai tahun pemilu. Kalau memang ingin mengenalkan wawasan politik
kepada para peserta didik SMA/SMK, kenapa soal berbau Jokowi tidak
dimuat saat penyelenggaraan UN tahun 2013.
“Jadi jangan menghalalkan banyak cara dong. Kenapa ditulisnya
sekarang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan harus ditegur. Kenapa
ditulis sekarang? Kenapa enggak tahun lalu. Sehingga orang tidak
mempersepsikan adanya kampanye terselubung, kan ini mau Pilpres,”
ujarnya.
Atau, lanjutnya, dalam soal-soal UN dimasukkan tokoh-tokoh politik
lainnya selain Jokowi. Seperti mantan Presiden RI Soekarno, MH Thamrin,
Ismail Marzuki, atau Benyamin. Dengan memasukkan Jokowi dalam soal UN
bersama seluruh keberhasilannya, bisa disebut sebagai tindakan cuci otak
pemilih pemula.
“Memang enggak ada tokoh lain? Kenapa baru sekarang dimasukkannya?
Kenapa tidak tahun 2013? Ini kan namanya persepsi, sehingga dipersepsi
ini pasti main. Mencuci otak pemilih pemula. Masa soal UN tidak disaring
dulu,” tuturnya.
Dengan memasukkan Jokowi ke dalam soal UN, Sanusi menilai sudah
membuka perang yang panjang. Karena edukasi tidak berdasarkan persepsi
melainkan data dan fakta yang ada. Bahkan dalam soal di Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris sudah memasukkan politik praktis kepada pemilih
pemula.
“Ini perang panjang. Tapi kan Jokowi enggak tahu, tetapi persepsinya
seperti itu. Kenapa harus tahun ini? Kenapa enggak tahun lalu saat dia
masih bersih, sebelum ada kasus bus Transjakarta rusak?” paparnya.
Sumber :
beritasatu.com
Iya knp hrs ada jokowi, sharusnya kan di soal diungkap tragedi kerusuhan bln mei'98 ya? Pelanggaran HAM Yg mkn korban byk, penyiksaan, pemerkosaan, pembunuhan dll, knp ya? Pdhl itu cocok buat dimasukin ke mata pljrn sejarah, betul ga pa sanusi?
BalasHapus