Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengaku prihatin dengan
munculnya nama calon presiden PDIP Joko Widodo dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di Ujian Nasional Sekolah Menengah
Atas. Menurutnya, pencatutan Jokowi dalam soal UN adalah cara yang
kampungan.
"Bagaimana bisa berani disimpulkan kalau orang itu
disebut jujur. Padahal kejujurannya sangat meragukan," kata Fadli di
kantor DPP Gerindra, Ragunan, Rabu (16/4/2014).
Dia menekankan
agar bidang pendidikan jangan dikotori politik pragmatis jangka pendek.
Fadli yakin siswa-siswa SMA yang mengikuti UN juga tidak suka dengan
munculnya nama mantan Walikota Solo itu. Dia pun berharap agar dilakukan
investigasi dalam kasus ini karena ada dugaan kampanye terselubung.
Kalau nama tokoh seperti Soekarno dan Mohammad Hatta yang sudah berjasa
bagi Indonesia menurutnya tidak menjadi persoalan. Tapi, kalau Jokowi
dianggapnya belum layak.
"Itu kampungan. Baik yang bersangkutan
ataupun timnya. Karena pendidikan itu harus jauh dari politik jangka
pendek. Perlu diperiksa orang-orang yang membuat soal itu. Kalau tokoh
seperti Soekarno-Hatta yang sudah jadi founding fathers sih enggak
masalah, tidak apa-apa," sebutnya.
Fadli menjelaskan alasan perlu
dilakukan investigasi karena kasus ini dianggap serius. Dia
mencontohkan kalau misalkan di Amerika atau Inggris, kasus seperti ini
menjadi skandal besar yang bisa memaksa menteri terkait dituntut untuk
mundur. "Makanya itu harus dilakukan investigasi," ujarnya.
Seperti
diberitakan, nama Jokowi muncul dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
di hari pertama UN tingkat SMA, Senin lalu. Begitupun hari ini, nama
Gubernur DKI itu kembali muncul dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar