Kandidat Tunggal Capres PDIP Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, jika partainya bisa menang
di atas 35 persen pada Pileg 9 April mendatang, maka tidak perlu banyak
berkoalisi dengan parpol lain, melainkan dengan rakyat. Mantan peneliti
ICW Teten Masduki, yang belakangan tapak sering mengikuti kegiatan
kampanye Jokowi menilai Koalisi Kerakyatan itu berbeda dengan Koalisi
Kerakyatan yang pernah dicetuskan SBY.
"Enggak (sama dengan SBY).
Jokowi itu mencerminkan pilihan masyarakat. Bahkan parpol dan
anggotanya cukup besar yang melirik Jokowi. Jadi Pak Jokowi bukan
mewakili satu partai, jadi betul-betul pilihan masyarakat. Masyarakat
mengindentifikasi Jokowi itu bagian dari mereka, bukan elit. Sehingga
wajar kalau Pak Jokowi merespon pentingnya suatu pemerintahan dari
koalisi dengan rakyat," jelas Teten Masduki usai mendampingi
Jokowibertemu relawan dan simpatisan di Rumah Makan Sari Kuring Indah,
Cilegon, Banten, Jumat (28/3/2014).
Teten menjelaskan, perbedaan antara Koalisi Kerakyatan yang dicetuskan Jokowi dengan SBY ada pada sharing kekuasaan.
"Pak
SBY dalam koalisi itu pragmatis, koalisi besar. Koalisi rakyat itu
bukan dalam hal power sharing (pembagian kekuasaan). Tapi interest
sharing yaitu rakyat memperoleh manfaat dari program-program SBY. Itu
yang sering saya diskusikan dengan Jokowi,"kata Teten.
Teten pun
membantah jika Jokowi disebut menjiplak konsep koalisi kerakyatan dari
SBY. Teten menekankan, koalisi yang akan diusung Jokowi ini lebih
menekankan mengusung aspirasi dari rakyat.
"Saya kira tidak
menjiplak. Kita kan kemana-mana. Memang betul suara rakyat itu harus
diakomodasi. Sehingga Pak Jokowi berpikir arti koalisi dengan rakyat
adalah interest sharing, di mana kebijakan dan pembangunan harus punya
manfaat untuk masyarakat. Itu yang saya tahu dan sering di diskusikan.
Pak SBY kan koalisi elit, koalisi rakyat tapi yang muncul elit dan power
sharing dengan banyaknya parpol dalam kabinet jadi menteri. Kan itu
semua elit," kata Teten.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar