Sabam: Persaingan Eks Jenderal dalam Pemilu 2014 Biasa

Kemunculan para purnawirawan jenderal yang bertarung di arena calon presiden kali ini bukanlah hal baru. Pendiri PDIP, Sabam Sirait, mengatakan fenomena ini sudah terjadi sejak lama.
"Jenderal ikut dalam pertarungan pemilu itu sejak tahun 60-an. Mereka mulai banyak sejak Soeharto berkuasa. Kalau pemilu sekarang banyak jenderal itu biasa saja," ujar Sabam Sirait di kawasan Cikini, Jakarta, Jumat 28 Maret 2014.
Baginya, kemunculan nama seperti Ketua Dewan Pembina Gerindra, Prabowo Subianto, Ketua Umum Hanura, Wiranto, dan Ketua Umum PKPI, Sutiyoso, bukanlah sesutu yang luar biasa. Apalagi dalam era demokrasi yang terbuka saat ini, selama mereka tidak membawa sifat lama sebagai anggota TNI.
"Nggak zaman ancam-ancaman kaya dulu. Sekarang tentara nggak bisa begitu. Semua ditentukan masyarakat untuk memilih siapa yang akan menjadi presiden dan wakil," ungkapnya.
Baginya, hak politik para jenderal itu wajar dikembalikan saat mereka pensiun. Karena, saat mereka masih aktif, para jenderal ini tidak boleh memilih. Tugas mereka menjaga keamanan dan netralitas.
"Tapi,  jangan arogan seperti tentara. Mereka kan telah menjadi sipil," katanya.
Masuknya jenderal ke dalam partai diakuinya berdampak positif. "Di partai kami juga ada purnawirawan jenderal. Mereka berpengaruh terhadap pembangunan jaringan dan menjaga akar rumput. Mereka punya pengalaman itu. Yang masalah yang karbitan. Pensiun langsung jadi pengurus. Harus ada proses sebelum menjadi pemimpin partai," paparnya.
Mengenai pasangan ideal pendamping Jokowi dalam pemilu kali ini dari militer, ia enggan berkomentar banyak. Baginya, pasangan sipil dengan sipil lebih ideal dari pada duet sipil militer.
"Kita lihat Dwi Tunggal Soekarno dan Hatta. Mereka pasangan sipil yang berhasil memimpin Indonesia," katanya.
Menurut Sabam, kriteria wakil presiden yang ideal bagi Jokowi adalah orang dari luar Jawa. "Pasangan Jawa luar Jawa akan mempererat persatuan bangsa. Ini yang penting saat ini," tuturnya.

Sumber :
viva.co.id