Setelah menggelar pertemuan dengan Joko Widodo di Jl Kertanegara 4,
Kebayoran Baru, Jaksel, Prabowo Subianto menulis testimoni di laman
Facebook-nya. Dia menyebut Jokowi, meskipun sebagai pesaing, juga adalah
saudaranya.
Prabowo menulis testimoni itu sekitar sejam lalu.
Hingga pukul 15.24 WIB, Jumat (17/10/2014), sudah ada 51 ribu orang yang
memberikan likes dan banyak yang berkomentar. Semua memuji langkah
Prabowo yang mau menemui Jokowi.
Berikut catatan Prabowo:
Sahabatku sekalian,
Saya
tahu banyak diantara kalian yang merasa masih tidak menerima, masih
terluka, karena kita telah dikhianati oleh sistem yang tidak baik.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita harus menimbulkan perpecahan di
bangsa kita.
Seperti sahabat ketahui, dalam berpolitik
saya selalu mengutamakan keutuhan bangsa dan kejayaan Republik
Indonesia. Saya paham bahwa ada negara-negara tertentu yang selalu ingin
Indonesia pecah. Ada yang ingin rakyat Indonesia tetap tergantung sama
mereka. Karena itulah saya ingin menjaga persatuan nasional.
Setelah
saya renungkan mendalam, saya melihat di pihak PDIP dan koalisi mereka
masih banyak patriot-patriot, anak-anak Indonesia yang juga cinta bangsa
dan negara dan rakyat. Karena itulah saya memilih untuk terus berjuang
untuk nilai-nilai yang kita pegang teguh yaitu Pancasila, UUD 1945 yang
utuh dan asli, NKRI dari Sabang sampai Merauke yang kuat, yang adil,
yang sejahtera, yang berdiri di atas kaki kita sendiri dan yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Saya akan terus perjuangkan nilai-nilai itu, tetapi dalam kerangka
senantiasa menjaga jangan sampai terjadi perpecahan di antara sesama
bangsa Indonesia. Kita harus ingat bahwa pihak yang berseberangan dengan
kita dalam sebuah pertarungan politik tidak serta merta dan tidak
otomatis harus menjadi musuh kita.
Dari sejak awal saya
katakan bahwa pesaing kita adalah saudara kita juga. Memang ada
pihak-pihak yang penuh kebencian, prasangka buruk, keserakahan,
kedengkian dan jiwa yang curang. Tapi ingat dari awal saya menganjurkan
kepada lingkungan saya, pendukung saya, sahabat-sahabat saya, apa yang
saya tuntut dari diri saya sendiri yaitu berjiwalah sebagai seorang
kesatria, sebagai seorang pendekar. Kalau ada pihak yang menebarkan
kebencian, fitnah, kepada kita bukan berarti kita harus balas dengan
sikap yang sama. Janganlah fitnah kita balas fitnah, janganlah kebencian
kita balas kebencian. Janganlah kita bertindak sebagai individu yang
berjiwa Kurawa.
Itulah sikap saya, dan karena itulah
saya memilih jalan yang saya tempuh sekarang. Bukan berarti kita
merendahkan nilai-nilai kita atau perjuangan kita. Semakin kita merasa
benar, semakin pula kita harus rela menghormati orang lain, pihak lain.
Kalau orang lain menghormati kita, kita menghormati orang tersebut.
Bahkan kalaupun mereka tidak hormat pada kita, tidak ada salahnya kita
menghormati terus.
Saya mohon semua pendukung-pendukung
saya untuk memahami hal ini. Saya mengerti sebagian dari saudara-saudara
belum bisa menerima sikap saya. Tetapi percayalah, seorang pendekar,
seorang kesatria harus tegar, harus selalu memilih jalan yang baik,
jalan yang benar. Menghindari kekerasan sedapat mungkin. Menjauhi
permusuhan dan kebencian.
Sahabat, kita bukan pihak
penakut. Sejak dari masa muda, saya pernah hidup sebagai seorang
prajurit Tentara Nasional Indonesia. Berkali-kali saya terlibat dalam
operasi-operasi militer, dalam kontak-kontak tembak dengan musuh negara.
Saya paham apa artinya kekerasan. Karena itulah saya sadar bahwa
seorang pemimpin sejati, pemimpin yang bertanggung jawab selalu harus
memilih jalan yang sejuk. Apalagi kalau ini adalah untuk menjaga
kepentingan, keutuhan bangsa yang kita cintai.
Sahabat,
kita harus tetap militan, kita harus tetap patriotik. Kita harus
menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Kalau kita hormat
bukan berarti kita menyerah. Kalau kita sopan bukan berarti kita
meninggalkan perjuangan kita. Tapi kita harus selalu berusaha mencari
jalan yang damai, jalan yang baik. Kita harus selalu mengutamakan
persaudaraan dan persahabatan.
Kalau semua usaha kita,
pada saatnya nanti tetap tidak membuahkan sebuah hasil yang sesuai
dengan kepercayaan dan cita-cita kita, dan keyakinan kita akan
kepentingan bangsa dan rakyat, kalau bangsa Indonesia terancam, kalau
kekayaan bangsa terus dirampok oleh bangsa lain, kalau kita sudah sekuat
tenaga menciptakan kesadaran nasional, sebagai patriot dan pendekar
bangsa kita harus tidak ragu-ragu mengambil tindakan yang dituntut oleh
keadaan.
Saya sekali lagi menganjurkan kepada sahabat saya dan pendukung
saya, marilah kita terus tegar. Marilah kita memperkuat diri, marilah
kita menambah barisan kita. Yakinkan lingkungan kita semuanya,
bangkitkan kesadaran nasional kita. Dulu saat Bung Karno bersama para
pendiri bangsa memperjuangkan kemerdekaan, mereka pun berpuluh tahun
harus membangun kesadaran nasional. Sekarang pun kita harus membangun
kesadaran nasional, bahwa kita saat ini sedang diancam oleh
bangsa-bangsa asing yang selalu ingin Indonesia pecah, Indonesia lemah
dan selalu tergantung.
Dalam pertemuan saya dengan
saudara Joko Widodo tadi saya sampaikan, bahwa saya merasakan di dalam
hati sanubari Joko Widodo yang paling dalam beliau adalah seorang
patriot. Beliau ingin yang terbaik untuk Indonesia. Oleh karena itu saya
memilih untuk membangun silaturahmi dengan beliau, sesuai dengan
ajaran-ajaran budaya nenek moyang kita.
Apalagi agama
Islam yang saya anut, mengajarkan saya bahwa menjalin dan memelihara
silaturahmi, persahabatan dan persaudaraan jauh lebih mulia dan
bermanfaat daripada meneruskan prasangka buruk, rasa curiga, apalagi
terjerat dalam kebencian dan permusuhan. Ibarat api tidak bisa
dipadamkan dengan api, maka kebencian dan fitnah mari kita balas dengan
berbudi luhur, berjiwa kesatria. Semakin difitnah, semakin difitnah,
semakin dihina, kita akan semakin tegar.
Saya minta
sahabat sekalian janganlah ragu kepada pilihan-pilihan saya. Janganlah
mendorong saya untuk mengambil sikap yang tidak sesuai dengan jiwa saya
sebagai ksatria. Janganlah mengira saya akan surut dalam perjuangan
saya.
Saya juga telah sampaikan kepada saudara Joko
Widodo bahwa perjuangan saya adalah membela UUD 1945 yang lahir 18
Agustus 1945, membela keutuhan NKRI, membangun suatu bangsa ber-Bhinneka
Tunggal Ika yang aman, damai, kuat, adil, makmur dan sejahtera.
Beliaupun menyatakan bahwa itu juga pegangan beliau. Saya juga katakan,
kalau nanti dalam perjalanan Pemerintahan beliau ada kebijakan-kebijakan
yang kurang menguntungkan rakyat, apalagi melanggar Pancasila dan UUD
1945 maka kami tidak akan ragu-ragu menyampaikan kritik kepada
Pemerintah. Beliau menyambut ini dengan baik, dan beliau juga
menyampaikan sewaktu-waktu akan mengundang saya untuk meminta pendapat
dan masukan dari saya.
Terima kasih, saudara-saudara. Sahabatku dimanapun berada.
Wassalamualaikum.
Salam Indonesia Raya,
Prabowo Subianto, 17-10-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar