Jumat, 17 Oktober 2014

Suramnya Kondisi Perekonomian Nasional di Era Jokowi-JK, Rupiah Tembus 12.700,- per USD

Komite Ekonomi Nasional (KEN) merilis data terbaru mengenai prospek perekonomian nasional. Dari paparan KEN, pemerintahan baru yang dipimpin duet Jokowi-Jusuf Kalla akan menghadapi tantangan yang cukup mengkhawatirkan. Baik berasal dari gejolak ekonomi domestik maupun ekonomi global.
Wakil Ketua KEN Raden Pardede mengatakan, pada 2015 Indonesia akan menghadapi beberapa tantangan setelah berlalunya angin buritan atau angin segar perekonomian yang berhembus selama hampir sewindu terakhir.
"Masa lalu dari 2005-2012, ekonomi RI bergerak kondusif menguntungkan kita. Suku bunga rendah, likuiditas melimpah dan harga komoditas tinggi. Perkembangan geopolitik juga stabil dan politik. Tapi ini sudah berlalu," ucap Raden dalam konferensi pers di Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (17/10/2017).
Memburuknya kondisi ekonomi global menjadi tantangan utama perekonomian nasional. Perekonomian dunia saat ini bergantung pada ekonomi Amerika. Sedangkan perekonomian Eropa mengalami kemacetan sedangkan ekonomi China mengalami perlambatan.
"Angin dari depan sedang berhembus menghadang kita. Semua bergantung Amerika. Mesin lain sedang macet, seperti macet di Eropa, mesin macet Amerika Latin dan Afrika. Ada juga mesin yang lagi direparasi seperti China dan Jepang," jelasnya.
Kondisi ini diperburuk dengan rencana kebijakan bank sentral Amerika yang akan membuat pelonggaran moneter seperti quantitative easing dan penghentian pembelian surat berharga negara.
"Akibatnya negara berkembang akan tumbuh di bawah rata rata 5 tahun belakang. Hampir semua negara seperti China, Brazil dan Indonesia," tambahnya.
Melambatnya perekonomian China bakal menekan harga komoditas. Dengan demikian, sulit mengharapkan kinerja ekspor kembali moncer.
Perekonomian nasional juga harus mewaspadai gejolak dari dalam negeri yakni ketakutan pasar melihat masa depan ekonomi di tangan pemerintahan baru.
"Kita antisipasi cross wind atau angin samping. Kalau salah ambil kebijakan akan menyebabkan ketakutan pasar dan situasi perekonomian akan mengerikan," tutupnya.

Rupiah Tembus 12.700,-/USD
KEN memprediksi perekonomian nasional tahun depan masih akan menghadap tekanan cukup berat. Tekanan datang dari domestik serta perekonomian global.
Wakil Ketua KEN Raden Pardede mengatakan, salah satu tekanan yang akan dirasakan pemerintah Jokowi-JK adalah kebijakan pelonggaran moneter Amerika. Kebijakan moneter Amerika ini akan membuat nilai tukar USD terhadap mata uang lain menguat.
"Nilai tukar hampir semua negara melemah karena bergantung pada Amerika. Sepanjang 2014, dolar AS menguat hingga ke 12.000," ucap Raden Pardede di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (17/10).
Raden menyebut tahun depan kondisinya belum membaik, bahkan cenderung semakin buruk. Nilai tukar Rupiah terhadap USD masih akan terus tertekan. "Dengan demikian, nilai tukar akan berada disekitar Rp 12.200 hingga Rp 12.700 per dolar Amerika Serikat."
Gejolak ekonomi global juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional di tahun pertama pemerintahan Jokowi-JK. Ekonomi pada 2015 hanya akan mengalami peningkatan tipis. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya sanggup 5,2-5,5 persen. Itupun dengan catatan ada kebijakan pengurangan subsidi BBM.
"Hal ini dengan asumsi stimulus fiskal dari hasil penghematan subsidi BBM akan efektif pada semester kedua," tambahnya.
Meski demikian, keadaan ekonomi Indonesia hingga September 2014 dinilai masih lebih stabil jika dibandingkan dengan tiga triwulan 2013 di mana inflasi lebih rendah, defisit transaksi berjalan menurun serta volatilitas nilai tukar suku bunga menurun.
"Namun kita mulai khawatir dengan tren penurunan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja serta pelebaran distribusi pendapatan," tutupnya. [merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar