Komite Ekonomi Nasional (KEN) merilis data terbaru mengenai
prospek perekonomian nasional. Dari paparan KEN, pemerintahan baru yang
dipimpin duet Jokowi-Jusuf Kalla akan menghadapi tantangan yang cukup
mengkhawatirkan. Baik berasal dari gejolak ekonomi domestik maupun
ekonomi global.
Wakil Ketua KEN Raden Pardede mengatakan, pada 2015 Indonesia akan
menghadapi beberapa tantangan setelah berlalunya angin buritan atau
angin segar perekonomian yang berhembus selama hampir sewindu terakhir.
"Masa lalu dari 2005-2012, ekonomi RI bergerak kondusif menguntungkan
kita. Suku bunga rendah, likuiditas melimpah dan harga komoditas
tinggi. Perkembangan geopolitik juga stabil dan politik. Tapi ini sudah
berlalu," ucap Raden dalam konferensi pers di Grand Hyatt, Jakarta,
Jumat (17/10/2017).
Memburuknya kondisi ekonomi global menjadi tantangan utama
perekonomian nasional. Perekonomian dunia saat ini bergantung pada
ekonomi Amerika. Sedangkan perekonomian Eropa mengalami kemacetan
sedangkan ekonomi China mengalami perlambatan.
"Angin dari depan sedang berhembus menghadang kita. Semua bergantung
Amerika. Mesin lain sedang macet, seperti macet di Eropa, mesin macet
Amerika Latin dan Afrika. Ada juga mesin yang lagi direparasi seperti
China dan Jepang," jelasnya.
Kondisi ini diperburuk dengan rencana kebijakan bank sentral Amerika
yang akan membuat pelonggaran moneter seperti quantitative easing dan
penghentian pembelian surat berharga negara.
"Akibatnya negara berkembang akan tumbuh di bawah rata rata 5 tahun
belakang. Hampir semua negara seperti China, Brazil dan Indonesia,"
tambahnya.
Melambatnya perekonomian China bakal menekan harga komoditas. Dengan demikian, sulit mengharapkan kinerja ekspor kembali moncer.
Perekonomian nasional juga harus mewaspadai gejolak dari dalam negeri
yakni ketakutan pasar melihat masa depan ekonomi di tangan pemerintahan
baru.
"Kita antisipasi cross wind atau angin samping. Kalau salah ambil
kebijakan akan menyebabkan ketakutan pasar dan situasi perekonomian akan
mengerikan," tutupnya.
Rupiah Tembus 12.700,-/USD
KEN memprediksi perekonomian nasional tahun
depan masih akan menghadap tekanan cukup berat. Tekanan datang dari
domestik serta perekonomian global.
Wakil Ketua KEN Raden Pardede mengatakan, salah satu tekanan yang
akan dirasakan pemerintah Jokowi-JK adalah kebijakan pelonggaran moneter
Amerika. Kebijakan moneter Amerika ini akan membuat nilai tukar USD
terhadap mata uang lain menguat.
"Nilai tukar hampir semua negara melemah karena bergantung pada
Amerika. Sepanjang 2014, dolar AS menguat hingga ke 12.000," ucap Raden
Pardede di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (17/10).
Raden menyebut tahun depan kondisinya belum membaik, bahkan cenderung
semakin buruk. Nilai tukar Rupiah terhadap USD masih akan terus
tertekan. "Dengan demikian, nilai tukar akan berada disekitar Rp 12.200
hingga Rp 12.700 per dolar Amerika Serikat."
Gejolak ekonomi global juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
nasional di tahun pertama pemerintahan Jokowi-JK. Ekonomi pada 2015
hanya akan mengalami peningkatan tipis. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan
hanya sanggup 5,2-5,5 persen. Itupun dengan catatan ada kebijakan
pengurangan subsidi BBM.
"Hal ini dengan asumsi stimulus fiskal dari hasil penghematan subsidi BBM akan efektif pada semester kedua," tambahnya.
Meski demikian, keadaan ekonomi Indonesia hingga September 2014
dinilai masih lebih stabil jika dibandingkan dengan tiga triwulan 2013
di mana inflasi lebih rendah, defisit transaksi berjalan menurun serta
volatilitas nilai tukar suku bunga menurun.
"Namun kita mulai khawatir dengan tren penurunan pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja serta pelebaran distribusi pendapatan,"
tutupnya. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar