Elektabilitas calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), berdasarkan sejumlah survei, selalu berada di posisi nomor satu di antara calon presiden lain. Masalahnya, bila dipasangkan dengan nama yang beredar sebagai calon wakil presiden, elektabilitas pasangan ini justru turun. Karena itu, PDI Perjuangan dan tim pemenangan Jokowi masih menimbang-nimbang calon pendamping yang paling pas.
"Kita butuh partai untuk pilpres, wakil Jokowi juga harus punya elektabilitas tinggi," kata juru bicara Jokowi for President (JKW4P), Teten Masduki, dalam fokus majalah detik edisi 125.
Adapun Jokowi menginginkan koalisi terbatas agar agenda perubahan yang akan diusung kabinetnya, jika menang kelak, tidak terganggu mitra koalisi yang tidak setia.
Seperti apakah koalisi Jokowi? Apakah benar ada intrik antara Jokowi dan Puan Maharani? Siapa cawapres yang diinginkan Jokowi? Berikut ini wawancara Pasti Liberti Mappapa dari majalah detik dengan Teten Masduki.
Apakah komunikasi politik Jokowi memang atas mandat partai? Pak Jokowi mendapat mandat penuh dari Bu Mega untuk melakukan komunikasi politik dengan semua parpol, termasuk kemungkinan membentuk koalisi dengan beberapa partai yang mau bergabung.
Memang dari awal Pak Jokowi ingin koalisi terbatas supaya tidak membebani atau mengganggu agenda perubahan yang memang diharapkan masyarakat. Sekarang yang diutamakan membangun koalisi. Kita membahas kemungkinan berkoalisi.
Dalam kabinet, penting adanya pemerintahan yang efektif dan itu tidak mungkin kalau PDIP sendirian. Untuk mengusung capres pun perlu cukup tiket. Kedua, di parlemen, supaya tidak dipersulit untuk agenda perubahan itu, perlu dukungan kira-kira 50 persen plus 1. Jadi kita mencoba sekarang menjajaki kemungkinan beberapa partai yang berminat.
Dalam pembentukannya, kita ingin bersama-sama dengan partai yang memiliki agenda yang sama untuk melakukan perbaikan, bukan koalisi pragmatis bagi-bagi kekuasaan.[majalah detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar