Peneliti Senior Founding Fathers House Dian Permata menyatakan elektabilitas Aburizal Bakrie (ARB) cenderung stagnan yaitu hanya naik satu persen dan tidak linear dengan perolehan elektabilitas Partai Golkar.
"Perolehan elektabilitas Golkar ternyata tidak linear dengan elektabilitas capres ARB," ujar Dian Permata dalam diskusi "Menebak Arah Angin Parpol Hadapi Pilpres 2014: Diantara Pesimis dan Realistis", di Jakarta, Rabu (23/4/2014).
Menurut dia, secara "head to head" Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang angkanya naik signifikan, sedangkan angka elektabilitas ARB cenderung stagnan yaitu cuman naik 1 persen.
"Jokowi yang sebelumnya 31,8 menjadi 37,4 persen, Prabowo Subianto dari 11,3 persen menjadi 19,5 persen dan ARB 8,9 naik menjadi 9,3 persen," ujar dia.
Padahal, lanjutnya, Golkar yang paling banyak mempunyai iklan yaitu di medianya sendiri. Itu hampir 1.000 slot yang jadi pertanyaan kenapa tidak angkat capres ARB dan Golkar.
"Iklan banyak sampai 1.000-an tapi elektabilitas Golkar dan capresnya tidak terdongkrak. Kita tahu pada hitung cepat Golkar tempati urutan kedua dengan sekitar 14 persen," kata dia.
Ia mengutarakan perolehan elektabilitas Golkar yang tidak linear dengan elektabilitas capres ARB karena Ical dililit persoalan internal (partai) dan eksternal (elektabilitas).
"historis Ical, kasus lumpur Lapindo, Zalianty effect dan sebagainya. Perolehan elektabilitas ARB tidak linear dengan Golkar sehingga ARB tidak bisa jadi vote getter," kata dia.[merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar