Poros koalisi pada pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres)
tidak jauh dari tiga nama, yaitu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
(Jokowi), Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar (PG) Aburizal Bakrie
(ARB).
Sebab ketiganya diusung oleh calon presiden dari partai yang memperoleh suara terbanyak pada pemilu legislatif (pileg).
Hal itu disampaikan pengamat politik dari Populi Center, Nico
Harjanto dalam diskusi bertema "Koalisi Partai: Bagi-bagi Kekuasaan atau
Efektifitas Kinerja Pemerintah?", di Jakarta, Rabu (23/4/2014).
"Koalisi tidak akan jauh dari nama-nama seperti Jokowi, Prabowo dan
ARB. Kita pernah adakan riset, nama tidak banyak berubah. Kalau ada
keinginan dari poros lain memasukkan nama baru agak sulit bisa
menandingi nama-nama yang sudah ada," kata Nico.
Akan tetapi, masih kata Nico, nama-nama baru bakal sanggup menandingi
Jokowi, Prabowo dan ARB apabila muncul keadaan terpaksa (force majeur).
"Jokowi, Prabowo dan ARB masih bisa alami kemerosotan secara cepat
kalau ada force majeur. Meski hal tersebut sangat sulit," ujarnya.
Menurutnya, saat ini sosok calon wakil presiden (cawapres) menjadi
kritikal bagi setiap partai. Dikatakan, parpol tidak hanya memikirkan
kemenangan pilpres 2014.
"Parpol pasti pikirkan soal pileg dan pilpres serentak pada 2019. Karena itulah, penentuan cawapres sangat penting," ucapnya.
Sekadar diketahui, Jokowi diusung Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) sebagai capres. Sementara Gerindra menetapkan Prabowo
menjadi capres. Sedangkan Golkar menunjuk ARB. [HA/suarapembaruan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar