Investor pasar modal dinilai semakin menunjukkan sikap mendukung
sosok calon presiden secara spesifik, yakni Joko Widodo dari Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Hal itu terlihat dari dinamika pasar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama dua hari selepas muncul hasil hitung
cepat pemilihan legislatif, seperti disampaikan Direktur Danareksa
Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, Jumat (11/4/2014).
Tren negatif ini memang tidak jangka panjang, tapi data yang dia
peroleh menunjukkan aksi pelaku pasar lah yang mendorong kejatuhan bursa
di Tanah Air, bukan sentimen global.
"Kemarin (IHSG terperosok) murni sentimen pasar, tidak ada pengaruh
global atau fundamental. Market tiba-tiba melihat ketidakpastian lebih
tinggi dari yang mereka prediksi dari pemilu," ujarnya.
Akibat PDIP tidak meraup 25 persen popular vote, investor menunjukkan
sentimen negatif. Purbaya menilai mereka khawatir peluang partai
berlogo banteng mencalonkan Jokowi sebagai presiden terganggu.
Atas dasar itu pula, Purbaya menilai klaim otoritas BEI bahwa
melorotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 3,3 persen ke level
4.757 pada perdagangan Kamis (10/4/2014), tak berkaitan dengan hasil pileg
sebagai kekeliruan.
Justru, Purbaya meyakini ada hubungan kuat antara sentimen investor
dengan rumitnya peta politik Indonesia. Terbukti, pada hari yang sama,
situasi bursa di Asia justru rata-rata menunjukkan tren positif. Ambil
contoh PSEI Index di Manila, menguat 0,78 persen. Indeks SET di Bangkok,
Thailand turut menguat 0,55 persen di periode yang sama ketika IHSG
terpuruk.
Selama investor yakin Jokowi terpilih, Purbaya mengklaim kinerja IHSG
akan kinclong. Soal alasan mengapa pemodal pasar saham menyukai sosok
Gubernur DKI Jakarta itu, dia tak punya penjelasannya.
"Kalau saya ngomong sama investor-investor, mereka suka Jokowi. Saya
tidak tahu alasannya apa. Tapi saya tangkap itu, kalau Jokowi tiba-tiba
hilang, pasti ada sentimen negatif," kata Purbaya.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar