Jumat, 11 April 2014

Tim Prabowo Lebih Maksimal Dibanding Jokowi

Berbagai media tengah menyoroti gagalnya 'Jokowi Effect' yang mendongkrak perolehan suara PDIP. Kalau lembaga survei memprediksi suara PDIP mencapai 30 persen lebih, faktanya sesuai hasil hitung cepat hanya mendapat 19 persen.
Pakar pencitraan sekaligus penulis “Personal Branding, Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia Politik" Dewi Haroen menganalisis alasan mengapa "Jokowi Effect" tidak terwujud.
Menurutnya, kehadiran Jokowi tadinya diprediksi akan mengambil suara parpol Islam. Faktanya, parpol berbasis ideologi islam menggembirakan dengan kenaikan perolehan suara signifikan. Kondisi ini membuat banyak orang terkejut.
Dia melanjutkan, publik membandingkan dengan "Prabowo Effect" yang secara kasat mata hasilnya terlihat jauh lebih baik dibanding "Jokowi Effect". Buktinya, Gerindra yang di Pemilu 2009 meraih 4,46 persen melonjak di kisaran 12 persen.
Mengapa bisa demikian? "Ada kenyataan yang luput dari mata pengamat, yaitu kejelian dari Prabowo Subianto untuk memilih orang-orang komunikasi yang berada di barisan belakangnya. Pemilihan orang-orang yang tepat untuk memudahkan komunikasi antara media dengan dirinya juga merupakan kunci penting dalam mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya," kata dosen psikologi Universitas Indonesia itu, Jumat (11/4).
Tim media dan komunikasi Prabowo, kata Dewi, terlihat bekerja maksimal melalui berbagai media, termasuk media sosial yang dulunya dikuasai tim Jokowi. Dengan begitu, personal branding Prabowo sebagai pribadi yang bersikap tegas, antikorupsi, serta punya konsep ekonominya yang jelas dapat menarik massa mengambang saat hari pencoblosan.

Sumber :
republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar