Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari
Junaedi menilai Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak emosional.
Karena itu, sikap emosional yang ditunjukkan oleh calon presiden
Partai Gerindra Prabowo Subianto kepada Joko Widodo (Jokowi), justru
tidak akan mendapatkan simpati publik.
"Kestabilan emosi pemimpin bisa terlihat dari caranya dia
berkomunikasi. Dengan Indonesia yang majemuk, butuh kesabaran pemimpin
dalam mengemong rakyatnya. Apa jadinya kita punya presiden pemarah?,"
kata Ari Junaedi, di Jakarta, Senin (24/3/2014).
Ari kemudian mengacu hasil penilaian para guru besar perguruan tinggi
se Indonesia soal calon pemimpin nasional yang dirilis Pol Tracking
Institute kemarin. Disitu disebutkan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla
dan Gubernur DKI Jakarta Jokowi di peringkat atas terkait aspek-aspek
kepemimpinan dan tingkat emosional pemimpinan.
Nama Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum
Partai Golkar Aburizal Bakrie berada di luar lima besar hasil penilaian
para mahaguru berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam riset itu.
Ari Junaedi melihat hasil penilaian para guru besar tersebut
memberikan paradigma baru penilaian capres mendatang. Penilaian tersebut
makin memperkaya selera pemilih di pilpres mendatang.
"Hasil penilaian para guru besar tersebut menunjukkan aspek emosional
para kandidat menjadi salah satu penilaian utama," kata dia.
Ari, yang juga pengajar di Universitas Diponegoro Semarang,
Universitas Dr Soetomo Surabaya, dan Universitas Persada Indonesia YAI
Jakarta itu, menekankan tidak selalu persoalan Indonesia harus dihadapi
dengan gaya komunikasi temperamental.
"Ada kalanya butuh komunikasi solutif, bukan sekedar komunikasi gertak sambal," jelasnya.
"Menurut saya, cara-cara yang ditampilkan Prabowo jauh dari kaidah
komunikasi solutif. Lebih banyak marahnya ketimbang komunikasi yang
mensejukkan."
Dia melanjutkan bahwa seorang Pemimpin butuh kestabilan emosi. Dan
hal itu bisa dijadikan patokan pemilih untuk menentukan calon
presidennya, kata Ari, yang meraih penghargaan World Customs
Organization Sertificate of Merit 2014 karena pola pengajaran ilmu
komunikasinya yang inspiratif.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina sekaligus capres Partai Gerindra,
Prabowo Subianto, diketahui kerap menyindir PDIP dan capresnya, Joko
Widodo. Terminologi seperti 'capres boneka' pun disematkan pada sosok
Jokowi.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar