Sejumlah lembaga survei mengaku sulit menakar pemenang Pilpres 2014.
Hal itu dikarenakan persaingan antara kedua kandidat berjalan sengit.
Hasil perolehan suara dukungan rakyat kepada kedua pasangan calon
melalui berbagai survei bedanya tipis.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari mengatakan, berdasarkan
hasil survei yang dilakukannya, perolehan suara dukungan pasangan nomor
urut 1 Prabowo-Hatta mendapatkan 42,6 persen dan pasangan nomor urut 2
mendapatkan suara sebesar 46,0 persen.
"Selisih 3,4 persen, Jokowi-JK 46 persen, Prabowo-Hatta 42 persen,
11,3 persen responden yang belum memutuskan, dan margin error 3 persen.
Maka kalau di Bahasa Inggris itu istilahnya, too close too call,
angkanya terlalu mepet untuk dapat disimpulkan siapa pemenangnya?,"
ujarnya saat diskusi Polemik Sindo bertema 'Mengejar Survei Pilihan
Rakyat' di Warung Daun Cikini Jakarta, Sabtu (5/7/2014).
Hal senada juga diungkapkan Direktur Polcomm Heri Budianto.
Menurutnya, penyebab sengitnya persaingan antar kedua pasangan lantaran
pergerakan para pemilih sangat dinamis.
"Kami di Polcomm sampai hari ini sulit sekali mengatakan mana yang
akan menjadi pemenang. Pergerakan para pemilih sangat dinamis," ungkap
Heri.
Heri mengatakan lembaganya telah melakukan banyak survei mulai dari
masa sebelum kampanye hingga masa kampanye dan debat capres-Cawapres.
Saat sebelum kampanye, survei mengatakan pasangan Jokowi-JK dinilai
lebih unggul dari Prabowo-Hatta.
"Tanggal 3 April (survei pertama) Jokowi-JK mendapatkan 31 persen,
sedangkan Prabowo Hatta 19 persen. Setelah debat kedua, tanggal 16 Juni,
saya dan teman-teman mencermati 9 survei lembaga rilis selisih angka,
Kisaran angka 7-12 persen," ujarnya.
Heri pun kaget dari 9 lembaga survei yang merilis ada perbedaan
sekitar 7-12 persen hasilnya. Ini yang membuatnya bertanya-tanya apa
yang menyebabkan selisih dan perubahan ini begitu cepat.
"Kami menyimpulkan ada tren penurunan (dukungan suara) pasangan nomor urut dua," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Puskaptis Husein Yazid mengatakan
perbedaan hasil survei antar lembaga banyak faktornya. Diantaranya yakni
dengan metode samplingnya.
Kata Husein, ada lembaga survei yang menggunakan metode dengan
responden 1200. Metode ini memiliki tingkat margin error 3 persen.
Sedangkan metode yang menggunakan responden 2400 memiliki tingkat margin
error 0,5-2,5 persen. Kemudian, lanjut Husein, perbedaan juga bisa
terjadi dengan lokasi wilayah responden.
"Perbedaan itu bisa terjadi kalau metodologi itu berbeda, hasilnya
bisa sangat berbeda. Karena survei itu kan fungsinya sebagai potret
lapangan, soal wilayah bisa pengaruh," ujar Husein. [merdeka]
Ha ha ha, lembaga survei tsb takut diberi sanksi sosial hingga ambrol profesionalisme dan kredibilitasnya. Mereka menyadari rakyat tdk mudah ditipu rekayasa survai survei mereka dg bendera akademisi dan intelektualitas. Untung mereka menyadari kesalahannya sblm hasil pilpres digelar dan ketahuan bohongnya sprt pilgub dki yg memprediksi Jokowi kalah dr Foke, tp faktanya justeru berbalik!!!
BalasHapusHa ha ha, lembaga survei tsb takut diberi sanksi sosial hingga ambrol profesionalisme dan kredibilitasnya. Mereka menyadari rakyat tdk mudah ditipu rekayasa survai survei mereka dg bendera akademisi dan intelektualitas. Untung mereka menyadari kesalahannya sblm hasil pilpres digelar dan ketahuan bohongnya sprt pilgub dki yg memprediksi Jokowi kalah dr Foke, tp faktanya justeru berbalik!!!
BalasHapus