Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ari
Dwipayana, menyatakan dirinya menilai hasil riset kepribadian kandidat
yang dilakukan oleh Laboratorium Psikologi Politik bisa menjadi
informasi dan preferensi bagi pemilih dalam menentukan pilihannya.
"Selain
perlu melihat gagasan dan program nyata kandidat. Pemilih juga perlu
mempelajari rekam jejak dan kepribadian para kandidat," kata Ari, di
Jakarta, Sabtu (5/7/2014).
Menurut Ari, survei ini jelas kredibel
karena penilaian dilakukan oleh para psikolog yang kompeten dalam
menilai kepribadian. Selain itu aspek pengukuran yang dilihat cukup
komprehensif dalam memprediksi tingkah laku kandidat.
"Penilaian
para psikolog dalam survei ini memperlihatkan kecenderungan gaya
kepemimpinan para kandidat. Prabowo dinilai cenderung memiliki gaya
authoritarian sebesar 76 persen dibanding yang lain. Sebaliknya Jokowi
cenderung lebih demokratis dengan angka 87 persen," jelas Ari.
Penilaian
gaya kepemimpinan itu, kata dia, terkonfirmasi serta konsisten dalam
hasil pengukuran dari aspek-aspek lain. Selanjutnya, pengukuran itu bisa
digunakan untuk memprediksi tingkah laku kandidat dalam pengambilan
keputusan, sikap dalam kasus tertentu maupun kondisi psikologis ke
depan.
Yang menarik, lanjutnya, dalam survei ini Jokowi-JK dinilai
lebih mau mendengar pendapat orang lain dalam mengambil keputusan
terkait kebijakan negara, serta dinilai lebih mendukung pemberantasan
korupsi.
"Dan dari partai pendukung dinilai lebih kecil
kemungkinan akan mengalami skandal politik ketika sudah terpilih nanti,"
ungkapnya.
Hal lain, lanjut dia, Jokowi-JK juga dinilai lebih
bisa bekerja di bawah tekanan saat mengalami masalah berat dan kompleks
dibanding Prabowo-Hatta.
Dia melanjutkan penilai dari aspek
kepribadian kandidat itu tentu bisa di-cross check dengan rekam jejak
kandidat selama ini. Apakah penilaian itu konsisten atau tidak dengan
persepsi umum tentang kandidat.
"Misalnya Jokowi dalam persepsi
umum lebih banyak dinilai sebagai pekerja keras, sederhana, jujur,
rendah hati, tenang, pengabdi dan tegas. Sebaliknya, penilaian umum,
Prabowo dilihat sebagai figur tegas, ambisius, berani, emosional,
dominan, otoriter, dan keras kepala," jelasnya.
Sebelumnya,
Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia bekerja sama dengan
Fakultas Psikologi Unpad, Ikatan Psikologi Sosial dan Ikatan Psikologi
Klinis menyebutkan, jika terpilih menjadi Presiden RI nanti, capres
Prabowo Subianto jauh lebih tegas dibandingkan capres Joko Widodo.
Hal itu berdasarkan hasil survei aspek kepribadian kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
Namun demikian, Jokowi dinilai lebih unggul dibandingkan Prabowo dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.
Hal
itu dilihat berdasarkan rekam jejak Jokowi sejak menjabat sebagai
Walikota Solo sebelum duduk di kursi Gubernur DKI Jakarta. Jokowi
dinilai memiliki karakter seorang pekerja keras dibandingkan Prabowo,
Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla.
Selain itu, Jokowi juga dikenal
sosok pemimpin yang sederhana, jujur, rendah hati dan tenang. Sedangkan
Prabowo, tampak lebih ambisius, emosional, dominan, otoriter dan keras
kepala.
Dalam pengambilan keputusan, Prabowo dianggap lebih one
man show, Hatta 50:50, JK 50:50 dan Jokowi mau mendengar pendapat orang
lain.
Survei dilakukan terhadap 204 responden yang terdiri dari
psikolog yang memiliki pengetahuan dan pengalaman melakukan penilaian
kepribadian. Pengambilan data dilakukan pada 18 hingga 27 Juni 2014.
Prosedur
survei, para responden diminta membaca bagian biografi para calon
terlebih dahulu, kemudian mereka menilai kepribadian dan memberikan
prediksi ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar