Sabtu, 05 Juli 2014

Riset Kepribadian dan Rekam Jejak Capres jadi Referensi Pilih Jokowi atau Prabowo

Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ari Dwipayana, menyatakan dirinya menilai hasil riset kepribadian kandidat yang dilakukan oleh Laboratorium Psikologi Politik bisa menjadi informasi dan preferensi bagi pemilih dalam menentukan pilihannya.
"Selain perlu melihat gagasan dan program nyata kandidat. Pemilih juga perlu mempelajari rekam jejak dan kepribadian para kandidat," kata Ari, di Jakarta, Sabtu (5/7/2014).
Menurut Ari, survei ini jelas kredibel karena penilaian dilakukan oleh para psikolog yang kompeten dalam menilai kepribadian. Selain itu aspek pengukuran yang dilihat cukup komprehensif dalam memprediksi tingkah laku kandidat.
"Penilaian para psikolog dalam survei ini memperlihatkan kecenderungan gaya kepemimpinan para kandidat. Prabowo dinilai cenderung memiliki gaya authoritarian sebesar 76 persen dibanding yang lain. Sebaliknya Jokowi cenderung lebih demokratis dengan angka 87 persen," jelas Ari.
Penilaian gaya kepemimpinan itu, kata dia, terkonfirmasi serta konsisten dalam hasil pengukuran dari aspek-aspek lain. Selanjutnya, pengukuran itu bisa digunakan untuk memprediksi tingkah laku kandidat dalam pengambilan keputusan, sikap dalam kasus tertentu maupun kondisi psikologis ke depan.
Yang menarik, lanjutnya, dalam survei ini Jokowi-JK dinilai lebih mau mendengar pendapat orang lain dalam mengambil keputusan terkait kebijakan negara, serta dinilai lebih mendukung pemberantasan korupsi.
"Dan dari partai pendukung dinilai lebih kecil kemungkinan akan mengalami skandal politik ketika sudah terpilih nanti," ungkapnya.
Hal lain, lanjut dia, Jokowi-JK juga dinilai lebih bisa bekerja di bawah tekanan saat mengalami masalah berat dan kompleks dibanding Prabowo-Hatta.
Dia melanjutkan penilai dari aspek kepribadian kandidat itu tentu bisa di-cross check dengan rekam jejak kandidat selama ini. Apakah penilaian itu konsisten atau tidak dengan persepsi umum tentang kandidat.
"Misalnya Jokowi dalam persepsi umum lebih banyak dinilai sebagai pekerja keras, sederhana, jujur, rendah hati, tenang, pengabdi dan tegas. Sebaliknya, penilaian umum, Prabowo dilihat sebagai figur tegas, ambisius, berani, emosional, dominan, otoriter, dan keras kepala," jelasnya.
Sebelumnya, Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Unpad, Ikatan Psikologi Sosial dan Ikatan Psikologi Klinis menyebutkan, jika terpilih menjadi Presiden RI nanti, capres Prabowo Subianto jauh lebih tegas dibandingkan capres Joko Widodo.
Hal itu berdasarkan hasil survei aspek kepribadian kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
Namun demikian, Jokowi dinilai lebih unggul dibandingkan Prabowo dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.
Hal itu dilihat berdasarkan rekam jejak Jokowi sejak menjabat sebagai Walikota Solo sebelum duduk di kursi Gubernur DKI Jakarta. Jokowi dinilai memiliki karakter seorang pekerja keras dibandingkan Prabowo, Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla.
Selain itu, Jokowi juga dikenal sosok pemimpin yang sederhana, jujur, rendah hati dan tenang. Sedangkan Prabowo, tampak lebih ambisius, emosional, dominan, otoriter dan keras kepala.
Dalam pengambilan keputusan, Prabowo dianggap lebih one man show, Hatta 50:50, JK 50:50 dan Jokowi mau mendengar pendapat orang lain.
Survei dilakukan terhadap 204 responden yang terdiri dari psikolog yang memiliki pengetahuan dan pengalaman melakukan penilaian kepribadian. Pengambilan data dilakukan pada 18 hingga 27 Juni 2014.
Prosedur survei, para responden diminta membaca bagian biografi para calon terlebih dahulu, kemudian mereka menilai kepribadian dan memberikan prediksi ke depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar