Sabtu, 05 Juli 2014

Menyokong Jokowi

USIA reformasi yang sudah mencapai 16 tahun belum mampu membawa negeri ini melentik seperti yang diimpiimpikan dan diteriakkan banyak orang ketika  mereka merayakan kejatuhan rezim Orde Baru pada 1998.
Kereta reformasi nyatanya bergerak terlalu lamban, tak jarang terseok-seok. Bukan karena ia tak kuasa menampung mimpi dan harapan besar yang dititipkan anak bangsa kepadanya, melainkan karena selama 16 tahun ini reformasi berjalan tanpa seorang pemimpin sejati.
Reformasi memang telah melahirkan banyak elite. Namun, pada saat yang sama ia gagal menciptakan pemimpin yang dibutuhkan Republik ini untuk membangun kualitas berbangsa. Reformasi tak cukup ruang untuk melahirkan pemimpin bersih yang mampu menggenggam cita-cita luhur demokrasi tanpa transaksi dan korupsi.
Ketika dihadapkan dengan kondisi seperti itu, kinilah saatnya kita gunakan momentum Pemilihan Presiden 2014 dengan arif demi menggelorakan semangat perubahan. Pilpres kali ini bukan sekadar bagian dari pesta demokrasi, melainkan sebuah pertaruhan. Apakah kita akan terus mengeluhkan kondisi atau berbuat satu hal penting demi munculnya seorang pemimpin yang mampu membawa negara ini lebih maju dan bermartabat.
Dengan memandang bahwa ini merupakan pertaruhan besar untuk masa depan bangsa Indonesia yang besar, harian ini, dengan segala pertimbangannya, mengambil sikap untuk menyokong pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Selama ini kita bosan dengan pemimpin artifisial yang hanya gemar mengumbar janji. Kita sudah sangat lama merindukan pemimpin yang berkarakter negarawan, yang bersih, yang jujur, dan tak punya beban masa lalu sehingga mampu membebaskan bangsa kita dari kemiskinan, kesen jangan, serta jeratan korupsi.
Dalam perspektif kami, hampir semua syarat menjadi pemimpin Indonesia masa depan dimiliki Joko Widodo alias Jokowi. Ia seorang pemimpin yang autentik, pemimpin yang lebih banyak berbuat ketimbang berucap janji. Ia hanya berorientasi pada kepentingan rakyat karena dia sendiri berasal dari rakyat  kebanyakan.
Jokowi juga relatif bersih, tak memiliki rekam jejak buruk, baik ketika menjadi Wali Kota Surakarta maupun Gubernur DKI Jakarta. Dengan kata lain, sulit menemukan kejelekan yang menempel pada diri Jokowi.
Itu terbukti ketika pihak lawan sulit mencari hal buruk pada diri Jokowi lalu muncullah rupa-rupa kampanye hitam yang berisi fi tnah dan kebohongan. Pada saat diperlakukan seperti itu, Jokowi dan JK justru memilih tetap di jalur putih.
Dari sisi program, kami mengapresiasi keinginan Jokowi membenahi kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa. Inilah yang menjadi titik krusial sehingga kita butuh Jokowi.
Kami harus bersikap karena kami tidak ingin bangsa ini kembali berkubang di kolam yang sama, terkurung dalam keluhan yang sama. Negeri ini mesti segera ‘siuman’ karena itulah modal terpenting sebelum kita melompat dan melesat dalam arus persaingan global yang semakin dahsyat.  [metrotvnews]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar