Bakal calon presiden Joko Widodo meminta masyarakat agar tidak
terpengaruh isu negatif yang beredar. Salah satunya, huruf H yang ada di
depan namanya dan banyak disebut singkatan dari 'Herbertus'.
Mantan wali kota Solo ini mengatakan dirinya menjadi haji sejak tahun
2003 lalu dan beberapa kali melaksanakan ibadah umroh.
Hal itu untuk
menjelaskan kepada masyarakat agar tak terjadi fitnah.
"Harus dijelaskan. Kalau ndak, fitnah aja nanti. Dengan terpaksa saya
agak sombong sedkit, riya' (pamer) sedikit. Karena difitnah terus.
Berapa kali saya umrah dan haji, saya sebarkan," ujar Jokowi saat orasi
kampanye terbuka di Lapangan Siaga, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat,
Jumat (7/6/2014).
Menurut Jokowi, hal itu harus disampaikan untuk menepi isu-isu yang
beredar di masyarakat dan menjadi fitnah yang meresahkan. Jokowi mengaku
banyak pihak yang ingin menjatuhkan namanya. Namun, lanjut dia, karena
tidak adanya kesalahan dirinya dan Jusuf Kalla (JK) maka fitnah-fitnah
tersebut disebar.
"Karena cari kesalahan dan dosa politik saya ndak ada. Jadi
gampangnya cari fitnah. Pokoknya jangan percaya. Kita pintar ndak
mungkin diberi isu, langsung belok. Nggak usah didengerin lah isunya,"
pungkas dia. [dan/merdeka]
cerita2 begini harus d'terusKan spy yg p'Baca BISA m'rasa'in sejarah yg Jokowi alamin , sayang jua ramai ory miskin TIDAK punya Komputer & Internet mk seTiap kali b'Ucap , cerita ini menJD cerita pokok / Utama!!!
BalasHapusKalau Kaya SeKali , apaKah mau Salaman sama RakyatX
Calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo mempertanyakan sosok pemimpin yang tidak pernah merasakan susahnya hidup mampu merasakan apa yang dibutuhkan rakyat. Hal itu diungkapkannya ketika melakukan kampanye terbuka di Lapangan Siaga, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Saya hanya ingin katakan saya bisa merasakan bagaimana rakyat itu menderita. Karena saya bukan anak orang kaya.
Dari kecil hidup prihatin. Kalau kaya itu kaya sekali maksud saya, apa mau salaman sama rakyatnya? Enggak bisa rasakan dengan hati itu nggak bisa. Karena nggak bisa rasakan susahnya hidup rakyat, enggak pernah," ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi, Sabtu (7/6/2014).
Pria yang telah nonaktif dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta ini mengaku pernah mengalami kesulitan ketika ia masih tinggal bersama orangtuanya.
"Saya lahir di bantaran sungai, dari keluarga tidak mampu. Dengan kerja keras orangtua, saya bisa sekolah. Saya juga pernah digusur, lalu pindah ke tempat kontrakan lain," kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi mengkritik para pemimpin yang tidak pernah turun ke lapangan. Ia mengatakan pemimpin yang demikian tidak pernah tahu apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya.
"Makanya kenapa saya hanya 1 jam di kantor, 14 jam di bantaran kali, di kampung, di tanggul. Karena persoalan sesungguhnya itu ada di lapangan. Kalau di kantor itu biasanya yang maunya enak, tandatangan, lalu dapat duit," ucap Jokowi.
[ tp mau tunjuk2 k'sombong'n itu , Enggak Usah-la ....... Nabi2 jua TDK bg'itu!!! , apa mau d'balas dgn Hisap Su2!!! , JGN spt AA , nnt jd b'siri2 ]
Ha ha ha betul Pak Lim.
HapusLama2 gue ngerti apa yg Loe katakan dr Malaysia.
Sebenarnya tidak apa2 gelar haji di sebutkan, untuk menepis isu-isu negatif>
BalasHapusWalau sesungguhnya kita perlu untuk tetap tawadhu dan ikhlash ilallooh (tidak ilaya, ilaina, ilaihim) agar setiap amalan ibadah bisa sempurna diterimaNya. Namun hal ini dalam hal tertentu (tabayun) bisa dilakukan untuk mencegah kezaliman (fitnah/ghibah) karena Allooh SWT juga mengharamkan kezaliman kepada/untuk makhlukNya. Itu adalah refleksi mahabah bukan takabur. Walau tetap istiqomah untuk amar ma'ruf nahi munkar namun jangan terperdaya oleh kenaifan, lho pak. Tak masalah orang fasik mencela toh pada akhirnya kita semua akan "kembali" ke hadapanNya juga dan mempertanggung-jawabkan semua amalan kita di dunia (ucapan/tindakan). Tetap mukhlish (ikhlash) jangan sampai muflish (bangkrut).
BalasHapus