Juru bicara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, Anies Baswedan
mengungkapkan adanya oknum-oknum TNI menggiring masyarakat kepada
pasangan tertentu menciderai netralitas TNI yang sudah diperjuangkan
sejak reformasi 1998 lalu.
Anies tegaskan, sejak reformasi 1998, TNI dan Polri telah bekerja
keras untuk menata diri, membebaskan diri dari keterlibatan Politik
Praktis.
Untuk itu, masyarakat memberikan apresiasi yang luar biasa dan
tinggi sekali atas kerja keras TNI sejak reformasi dalam menjaga
netralitas itu.
Apalagi, kata dia, netralitas TNI ini telah menjadi contoh, bukan
saja di Indonesia. Tapi di berbagai tempat di dunia. Karena tidak banyak
transformasi menuju demokrasi yang memiliki komitmen dari angkatan
bersenjata seperti yang ditunjukkan oleh pimpinan TNI sampai dengan
aparat-aparat yang paling bawah seperti di Indonesia.
Namun, imbuhnya, netralitas itu akan semakin kuat dan bermutu ketika
melewati Pemilu dijalankan dengan sikap-sikap yang terhormat,
sikap-sikap yang netral seperti 2014 ini.
"Beberapa waktu ini, kita mendengar laporan-laporan,
kejadian-kejadian dimana ada oknum-oknum yang dalam laporan itu terlihat
dibawah penggiringan, di dalam pengarahan terhadap masyarakat yang
menurut pandangan kami menciderai langkah-langkah yang selama ini sejak
reformasi dilakukan oleh TNI," ungkap Anies dalam konferensi pers, di
Media Center Jokowi-JK, Jalan Cemara No 19, Menteng, Jakarta, Sabtu
(7/6/2014).
Hadir pula Ketua Tim Kampanye Nasional (Timkamnas) Jokowi-JK, Tjahjo
Kumolo , Andi Widjajanto, Akbar Faizal, dan Jaleswari Pramudawardani.
Apalagi, lebih lanjut Anies jelaskan, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) sendiri pada Selasa lalu, memberikan perintah untuk
TNI/Polri menjaga netralitasnya.
"Jadi saat ini, jika ada kontestan-kontestan politik yang mencoba
menarik-tarik TNI/Polri, maka ini sebenarnya sedang menciderai ikhtiar
yang sudah dijalankan dengan amat baik sejak tahun 1998," tegasnya.
Karena itu, Anies katakan, Tim Jokowi-JK ingin memastikan bahwa
perintah Presiden dijalankan dengan baik oleh seluruh aparat TNI/Polri.
"Dan jika ada yang terlibat di dalam intimidasi di dalam mengarahkan,
maka pimpinan punya tanggung jawab untuk meluruskan, untuk memberikan
sanksi dan hukuman jika diperlukan," ujarnya.
Sementara itu untuk masyarakat, pesannya, ini adalah kesempatan untuk
terlibat mengawasi dan memastikan bahwa semangat netralitas yang
dibangun TNI/Polri sejak reformasi benar-benar berjalan dengan baik di
Pilpres 2014. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar