Presiden Kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri merasa malu karena disanjung Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) di akhir paparan visi dan misinya "Restorasi Maritim" di peluncuran Hari Nusantara 2014, di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/6/2014).
Pada akhir paparannya, Jokowi mengungkapkan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu adalah pendiri Dewan Kelautan.
"Kalau pak Jokowi tadi mengatakan seperti itu, saya menjadi malu sebetulnya. Karena saya ini nganter pak Jokowi kok," ucap Mega membuka sambutannya di acara yang juga dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga Politisi Golkar, Sharif Cicip Sutarjo dan anggota Dewan Kelautan Indonesia.
"Karenanya saya harus menegaskan hari ini saya nganter pak Jokowi. Tadi pak Cicip membisiki, 'ini enggak kampanye ya bu.' Ya enggaklah, ini seminar. Tapi kan juga harus tahu kenapa pak Jokowi ada disini," tegas Megawati, disambut riuh rendah tepuk tangan para hadirin.
Setelah itu, Megawati pun masuk dalam materi bahasan. Ibunda Sekjen PDIP, Puan Maharani ini menegaskan masyarakat Indonesia sudah melupakan sejarah bangsa sendiri. Kenapa?
Megawati mengenang ketika dirinya menjadi Presiden. Dirinya prihatin melihat orientasi pemikiran para pejabat dan birokrasi bangsa ini yang tidak sangat cocok pada potensi Indonesia. Sehingga banyak orang juga seringkali bertanya 'apa sebenarnya isi Deklarasi Juanda?'
"Bayangkan kalau di kalangan pejabat yang menjalankan pemerintahan ini saja masih ada pertanyaan seperti itu. Maka sebenarnya kita mau kemana?" Demikian puteri Presiden pertama RI ini katakan.
Dijelaskan Megawati, pokok-pokok pikiran yang selalu dirinya tegaskan, adalah kalau terkait masalah maritim, maka harus didasarkan pada deklarasi Juanda. Yang setelah ditetapkan itu menjadi hari Nusantara 13 Desember.
"Maksudnya supaya mengingatkan kita bahwa sebelum ada Indonesia, maka suku-suku bangsa yang tinggal di daerah nusantara ini, adalah pelaut," Megawati mengingatkan.
Karena itu, dia menyayangkan sepuluh tahun terakhir ini keberpihakan pada bidang keluatan di negara Indonesia turun. Menurutnya, ketika pemerintahan Megawati, APBN itu jumlahnya hanya sebesar Rp340 triliun. Karena saat itu bangsa ini barus dilanda krisis moneter 1997.
"Tapi saya tidak pernah melupakan yang namanya kehidupan nelayan. Kami membuat pompa solar mini pada waktu itu untuk mengurangi beban transport yang sangat membebani kaum nelayan. Kami juga mencoba untuk membuat agar kapal-kapal nelayan itu memiliki alat komunikasi," jelasnya.
Terkait alat komunikasi di kapal-kapal itu, menurut Megawati para nelayan bisa langsung berkomunikasi dengan pelelangan ikan usai mengkap ikan. Sehingga para nelayan terbantu karena tidak perlu menunggu bisa langsung berkomunikasi dengan pasar lelang menjual ikan hasil tangkapnya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar