Calon Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi membuka
orasi politiknya dengan mengisahkan pengalaman hidupnya sewaktu masih
kecil di bantaran Sungai lagi kumuh, di Solo.
Menurut Jokowi, dirinya dilahirkan dari kedua orang tua yang kurang mampu.
Jokowi mengingat betul kala usianya beranjak empat tahun, dirinya
sangat merasakan penderitaan dan sakitnya saat rumahnya digusur dan
tanpa mendapat ganti rugi.
"Itu saya ingat betul sampai sekarang betapa sulitnya kita hidup
kalau kita berada pada posisi yang tidak mampu," kenang Jokowi di
hadapan ratusan relawan dan warga pendukung nya di Lapangan Tegalega,
Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/6/2014) petang.
Jokowi pun bertanya kepada para pendukungnya, "Apakah kalau kita
punya pemimpin yang satu berasal dari keluarga yang berpunya. Dan yang
satunya lagi pemimpin itu berasal dari rakyat. Siapa yang bisa merasakan
kehidupan rakyat?"
Para simpatisan Jokowi berujar. "Rakyat. Itu pak Jokowi."
Karena dasar itulah, jelas Jokowi, dia selalu pergi ke bantaran sungai, ke pasar tradisional, ke kampung-kampung.
"Karena saya ingin selalu mendengar apa yang menjadi keluhan rakyat.
Saya ingin mendengar apa yang menjadi keinginan rakyat. Hal itu
alasannya, bukan yang lain," tandas Jokowi.
Menurut Jokowi, saat dirinya mengunjungi kampung-kampung, banyak
rakyat yang menyampaikan keluhannya baik terkait kesulitan menyekolahkan
anak-anaknya. Pun demikian, keluhan kesulitan mendapat pelayanan
kesehatan untuk berobat kala sakit.
Karena itu, tegas Jokowi, nanti kalau dirinya diberi amanah,
masyarakat yang tidak mampu akan dibiayai negara untuk menyekolahkan
anaknya, dengan program "Kartu Indonesia Pintar". Dan "Kartu Indonesia
Sehat" untuk masyarakat tidak mampu agar mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar