Seringnya penjualan gas ke Tiongkok yang menurut harga hari ini dinilai terlalu murah, dipakai lawan politik untuk menggebuk Joko Widodo (Jokowi), mendapat komentar dari Ekonom dari Megawati Institute, Iman Sugema. Imam menilai Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri tidak bisa disalahkan karena menjual gas dengan harga murah ke pihak Tiongkok. Menurutnya, Mega telah membuat keputusan yang tepat sesuai dengan kondisi perekonomian kala itu.
"Kita harus memahami dalam konteks pada saat itu contohnya untuk penjualan gas tangguh, itu dikatakan itu terlalu murah. Itu benar kalau dilihatnya dalam konteks sekarang," kata Iman dalam diskusi bertajuk 'Menakar Nasionalisme Capres 2014' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (5/4/2014).
Seperti diketahui, pada tahun 2003 lalu, Megawati membuat perjanjian penjualan gas produksi kilang Tangguh di Papua. Mega setuju menjual gas Tangguh seharga USD 3,5 per MMBTU ke pemerintah Tiongkok untuk masa 20 tahun.
Iman menjelaskan, saat kebijakan dibuat harga gas dunia sedang jatuh. Sementara banyak ladang gas Indonesia yang belum dieksplorasi. Padahal, lanjutnya, penerimaan negara sangat bergantung pada sektor minyak dan gas.
"Akhirnya karena pertemanan Mega dan pejabat di China kemudian dibuat satu keputusan penentuan harga gas tidak dengan floating rate," papar Iman.
Mengenai kerugian negara akibat harga penjualan yang terlalu murah, Imam menilai hal tersebut menjadi kesalahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya, SBY harusnya melakukan negosiasi ulang kontrak agar sesuai dengan kondisi terkini.
"Ini jadi masalah kemudian hari itu menjadi tugas kepala negara selanjutnya karena konteksnya sudah berubah. Jadi itu tugas pemerintahan SBY, nggak mungkin Mega merevisi itu karena sudah bukan presiden lagi," tandasnya.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar