Kamis, 03 Juli 2014

Survei Polcomm Pastikan Prabowo Hentikan Langkah Jokowi

Pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) akan berlangsung 9 Juli 2014. Selama masa kampanye, debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah berlangsung 4 kali. Debat 1 diikuti oleh kedua pasangan, sedangkan debat 2 dan 3 khusus capres. Sementara debat 4 hanya untuk cawapres.
Political Communication (Polcomm) Institute lantas menguji elektabilitas pasangan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) pasca debat 3.
Hasil survei menunjukkan, elektabilitas Prabowo-Hatta mengungguli Jokowi-JK.
"Pasangan Prabowo-Hatta memperoleh elektabilitas sebesar 46,8 persen, sedangkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sebesar 45,3 persen," kata Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto saat memaparkan hasil survei Polcomm bertajuk "Adu Balap Capres: Membaca ke Mana Arah Undecided Voters?", di Jakarta, Kamis (3/7).
Survei dilakukan dengan metode wawancara langsung secara tatap muka pada 23–27 Juni 2014, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan margin error sebesar ±3,1 persen.
Penelitian dilakukan menggunakan metode multistage random sampling, dengan melibatkan 1.200 responden yang tersebar di 33 provinsi.
"Sulit memprediksi siapa pemenang. Ini sejarah baru dalam kontestasi politik. Suasana makin hari memanas. Harapan kita pilpres bisa berjalan baik dan lancar," pungkasnya.  [beritasatu]

2 komentar:

  1. Data survei hanyalah kalkulasi statistik perkiraan yang didasarkan pada sejumlah responden yang (tidak su'u zhon) bisa saja sudah diatur/atau teratur/ berdasarkan pesanan/kebetulan sehingga hasilnya dapat dimanipulasi/terkonklusi. Yang utama adalah fakta sesungguhnya di lapangan secara keseluruhan (semua voters) bukan hanya terbatas pada responden survei bukan hanya saat lalu dan sekarang tetapi juga nanti. Secara pribadi saya tidak terlalu merisaukan hasil survey yang dilakukan (mungkin karena orientasi saya selama ini adalah keberkahan bukan pemenangan). Satu hal yang mungkin kita lupakan adalah validitas representasi dari populasi yang dilakukan apakah memang authentic adanya atau sekedar manipulative. Fihak Jokowi – JK sebagian besar adalah relawan bukan bayaran ditambah dengan koalisi kekuatan partai yang ramping (walau memang akan kuat nantinya karena relative bersih dari transaksi koruptif) namun pada saat ini harus diakui tidak sekuat fihak Prabowo – Hatta sehingga harus diakui sangat minim dari segi kekuatan pendanaan untuk mengkampanyekan keberadaannya apalagi untuk agresi pembanggaan elektabilitas. Walau saya lebih suka kepastian daripada sekedar persepsi keyakinan dalam memandang kebenaran atas kenyataan yang sesungguhnya namun demikian kita juga perlu memperhatikan kemungkinan tersebut jika memang demikian adanya. Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Jika saat ini turun itulah waktu kita harus terbuka (muhasabah & mujahadah) untuk memperbaiki diri, jika saat ini naik inilah saat kita tetap terjaga (tidak lengah/jumawa) untuk meningkatkan diri lagi.
    Jangan berputus asa – teruslah beusaha. Sebetulnya (QS 12: 87) 1) saya tujukan kepada mereka yang sejak semula panic mencari-cari cara menegakkan diri dengan menjatuhkan lawan dengan penghalalan aneka cara (kampanye hitam dan negative) namun virus ‘kekafiran/kefasikan’ tampaknya menjalar/menular ke fihak sini juga untuk ikut-ikutan (imma’ah). Kembalilah sederhana – sembada dan prasaja lagi. Yang utama teruslah bertindak dengan benar demi keberkahanNya dan insya Allooh kesuksesan akan mengikutinya. Ada dua kekuatan lain yang bahkan lebih besar namun belum bekerja secara nyata selama ini selain kekuatan mesin partai dan responden pendukung yang kalian dan mereka kalkulasikan, yaitu : kesadaran rakyat (terutama swing voters yang tidak terjangkau statistic dan justru populasi terbesar di luar lingkaran kepentingan politik di negeri ini) dan terutama Kuasa keIlahian (jangan pernah lupakan ini – (QS 59: 18 – 20) 2)). Di bulan suci Ramadhan ini segalanya bisa saja terjadi dimana dengan keshobaran ; benih kebaikan yang lemah namun direstui bumi (rakyat) karena diridhoi olehNya akan menjadi kuat dan semoga bukan sebaliknya. (QS 2: 249 3) atau QS 3: 123 4)).
    Yang penting bukan bagaimana awalnya kita tetapi bagaimana akhirnya nanti. Orientasikan diri untuk selalu mementingkan kebenaran demi perjuangan/ keberkahanNya (hingga 2019 nanti) dan jangan cemaskan diri hanya sekedar membenarkan kepentingan memenangkan/mengalahkan (pilpres tahun 2014 ini) belaka. Jujur saja saya lebih cemas jika kita tidak istiqomah hingga tahun 2019 nanti daripada keikhlasan mengalah di tahun 2014 ini karena Tuhan pastilah menginginkan kita semua sebagai bangsa untuk bersegera memberdayakan diri sebagaimana harusnya ketimbang menunda memperdayakan diri seperti sebelumnya (QS 13: 11) 5). Transformasi perbaikan, Transparansi keterbukaan dan Transendensi keberkahan sudah seharusnya tegak secara haq di negeri ini.
    Salam 2 jari – bangkitlah lagi menguatkan diri. Bukan hanya demi kebajikan kita untuk istiqomah memperbaiki diri dan memberdayakan kemajuan negeri ini tetapi juga demi kebijakan mereka untuk ikhlash tidak menzalimi diri sendiri dan memperdayakan bangsanya nanti.

    BalasHapus
  2. Pilpres di bulan Ramadhan nanti ini adalah penentuan.
    Akankah ada keikhlasan ilallooh (lillaah, billaah, fillaah) sesungguhnya untuk mementingkan kebenaran pemberdayaan Badar ?
    Ataukah kemunafikan membenarkan kepentingan Uhud (ilayaa, ilainaa, ilaihim) memperdayai bangsa ini lagi ?

    Siapkah bangsa ini bersegera memperbaiki negerinya sendiri hingga Tuhan layak melimpahkan bangsa ini dengan perbaikan dan kemajuan dalam keberkahanNya ?
    Atau haruskah kita menundanya lagi untuk membiarkan kefasikan semakin lancang melecehkanNya lagi dalam membenarkan kesalahan dan melazimkan kezaliman di negeri ini ?

    Benar dan tidak salah itulah (seharusnya) jalan keberkahan kita demi amanah keabadianNya dalam kehidupan ini. Menang atau kalah itu urusan nanti. Adalah Haq Tuhan melalui hak rakyat untuk menentukannya. Walau menang yang diberkahi untuk segera memberdaya untuk perbaikan diri dan kemajuan negeri kami harapkan namun kami juga akan bisa menerima kekalahan demi ridhoNya (lebih baik kalah mulia daripada menang tercela ~ bukan hanya pada awalnya namun juga nantinya. Semoga Tuhan tidak mengazab bangsa ini sebagai bangsa yang sudah beranjak tua namun tidak mau dewasa tetapi memandangnya sebagai bayi yang tidak buta namun belum mampu membuka matanya akan Realitas kebenaranNya yang bukan hanya tersirat pada fenomena kenyataan namun juga tersamarkan fatamorgana kefasikan).

    Terus memberdaya diri dan jangan terperdaya apalagi memperdayai – demi atsar keberkahan perjalanan permainan keabadianNya yang disebut kehidupan ini.
    Salam dua jari untuk keberkahan (dan juga untuk kesuksesan yang Insya Allooh mengikutinya) pasangan Jokowi – JK ke segala penjuru kaki langit di seluruh negeri.

    BalasHapus