Setelah meninjau pasar Cikurubuk, Calon Presiden nomor urut 2 Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Pondok Pesantren Bustanul Ulum. Kedatangan Jokowi disambut dengan gema shalawat para santri dan jamaah.
Jokowi tiba di pondok pesantren yang terletak di Kampung Sindangsari, Desa Sumelang, Kecamatan Tamansari, Tasikmalaya pada sekitar pukul 10.00 WIB, Kamis (12/6/2014).
Pria Solo ini langsung menemui Kepala Ponpes, KH Didi Hudaya Buchori. Keduanya berbincang santai.
Jokowi datang mengenakan kemeja kotak-kotak, berpeci hitam, dan berkalung kain motif warna hijau. Saat Jokowi tiba, beberapa tim sukses membagi-bagikan sebuah foto Jokowi saat haji dalam ukuran besar.
Tampak hadir pula di acara ini Teten Masduki, Ketua DPP Nasdem Akbar Faisal, dan Marwan Jafar ketua DPP PKB.
Klarifikasi Isu SARA
Pada kesempatan tersebut Jokowi bercerita bagaimana isu negatif tak henti-henti menyerang dirinya. Tak hanya saat Pemilihan Presiden ini, tapi juga saat Pemilihan Gubernur DKI Jakarta juga waktu Pemilihan Wali Kota Solo.
"Banyak orang bingung cari-cari kesalahan saya, waktu saya wali kota Solo, waktu jadi gubernur. Tapi sebenarnya yang paling gampang itu fitnah, nggak ada yang lain," beber Jokowi saat silaturahmi kiai kampung untuk kemenangan Jokowi-JK di Ponpes Bustanul Ulum di Tasikmalaya, Kamis (12/6/2014).
Fitnah yang dimaksud, kata Jokowi, selalu berbau Suku, Agama, Ras dan Antar-golongan (SARA). Dia lantas mencontohkan kampanye hitam yang menyebutnya beragama katolik dan keturunan Tionghoa.
"Ada yang sebut Jokowi adalah Herbertus. Saya sebetulnya tidak mau menjawab, tapi yang di bawah juga jadi ragu dan resah. Ya sebenarnya saya tak mau sampaikan nanti jadi liar," tambahnya.
Jokowi lantas menyindir orang yang menyebarkan isu itu tidak kreatif. Apalagi, Jokowi menegaskan semua tudingan negatif itu tidak lah benar.
"Waktu di Pilgub itu, terus jumpa lagi. Semuanya tidak ada yang benar. Yang buat fitnah itu nggak kreatif, diulang-ulang, tapi masyarakat ada yang goyah juga," keluh suami Iriana Widodo ini.
Untuk meluruskan isu-isu yang meragukan keislaman Jokowi, dia lantas membuat selebaran yang menjelaskan kapan dia haji dan umrah.
"Sekarang kita sudah edarkan selebaran, tahun berapa saya naik haji, tahun 2003, umrahnya tahun berapa," bebernya.
"Ada lagi fitnah yang menyebut bapak saya dari Singapura. Almarhum bapak saya berasal dari sebuah desa yang jaraknya 30 meter dari Kota Solo, di Desa Gondangrejo," kata Jokowi.
"Ibu saya dari Boyolali, Desa Gumuk Rejo," tambahnya.
Jokowi heran bagaimana isu itu bisa muncul. Jokowi lantas bertanya pada santri dan warga yang hadir, apakah tampaknya cocok menjadi warga negara Singapura.'
"Kan kelihatan, masa orang kaya gini dari Singapura. Tapi memang di dekat Solo itu ada Kecamatan Singopuran, mungkin yang dimaksud itu," ucapnya sambil tertawa.
"Jadi saya pastikan, bapak dan ibu saya dari desa. Tapi saya lahir di Kota Solo," pungkas gubernur DKI nonaktif ini.
Klarifikasi Kasus Korupsi Bus TranJ
Selain hal di atas, Jokowi juga mengklarifikasi tuduhan keterlibatan dirinya dalam kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta.
Jokowi
menyatakan dirinya proaktif membantu KPK mengungkap kasus proyek
senilai Rp 1,5 triliun itu. "Dokumen-dokumen yang ada langsung kami
berikan ke KPK," kata Jokowi.
Jokowi menyatakan sudah menindak
tegas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono yang kini
menjadi tersangka atas kasus tersebut. "Waktu ada berita mengenai Bus
Transjakarta, detik itu juga kepala dinasnya langsung dicopot," ujar
Jokowi.
Jokowi menolak apabila dirinya disalahkan dalam kasus bus
Transjakarta. Sebab menurutnya pengguna anggaran berada di bawah
kewenangan kepala dinas. Bukan dirinya. "Kalau saya perintahkan membeli
sabun yang wangi, tapi yang datang sabun yang tidak wangi. Nah, yang
tidak benar yang mana? Yang nyuruh atau yang beli itu?," tanya Jokowi.
Bukan Capres Boneka
Jokowi juga angkat
bicara mengenai tudingan dirinya hanya presiden boneka. Jokowi menampik
tudingan itu.
Dia menjelaskan, sistem pemerintahan yang dianut Indonesia ialah
presidensial. Artinya, kewenangan presiden sangat tinggi atau sulit
dipengaruhi.
"Kalau mau kasih usul, silakan, siapa saja boleh. Tapi, nanti yang
memutuskan adalah presiden sebagai pemimpin negara," kata Jokowi.
Dia juga menyentil soal ketegasan pemimpin. "Pemimpin itu harus
tegas. Artinya, berani membuat keputusan dan berani mengambil risiko.
Itulah artinya tegas," pungkasnya. [agna]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar