Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa diuntungkan oleh mandeknya kinerja partai poros PDI Perjuangan. Berdasarkan hasil sigi Lembaga Survei Nasional (LSN) awal Juni ini, partai-partai penyokong pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla belum mampu membuat suara konstituennya loyal.
"Hanya PDI Perjuangan sebagai pimpinan koalisi yang optimal menggerakkan konstituen," kata Gema Nusantara, peneliti LSN, saat memaparkan hasil surveinya di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (12/6/2014).
Survei LSN dibuat pada 1-9 Juni terhadap 1.070 responden dengan margin of error di kisaran 3 persen.
Peneliti LSN lainnya, Dipa Pradipta, merinci lemahnya kinerja partai pengusung Jokowi-Kalla tampak dari dukungan di daerah padat. Daerah itu adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Di provinsi-provinsi tersebut, kata Dipa, Prabowo-Hatta meraih dukungan lebih banyak dibanding Jokowi-Kalla.
Suara pemilih dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, yang selama ini dianggap kuat ke Jokowi-Kalla lantaran keberadaan PKB dan kedekatan emosional dengan Jusuf Kalla, sudah bergeser ke Prabowo-Hatta. "Ini harus menjadi catatan bagi Jokowi-JK karena dukungan bulat pendukung tidak terbukti di lapangan," kata Dipa.
Lembaga survei pimpinan Umar S. Bakry ini juga menyimpulkan Prabowo-Hatta berhasil merebut suara cukup besar di basis Nahdlatul Ulama itu. Menurut Dipa, 48,4 persen pemilih di Jawa Timur condong ke pasangan Prabowo-Hatta. Kondisi ini, kata dia, selain dipengaruhi oleh kurang optimalnya mesin PKB, juga oleh peran kader partai itu, Mahfud Md., yang menjadi anggota tim sukses Prabowo-Hatta.
Mahfud batal menjadi calon presiden maupun wakil presiden oleh PKB. "Yang kami wawancarai mengaku kecewa berat dengan keputusan pimpinan PKB (Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB)," kata dia, sambil mengatakan bahwa Jusuf Kalla sebagai tokoh NU tidak mengubah perilaku pemilih warga Nahdliyin. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar