Beredarnya gambar ucapan duka cita untuk Ir. Herbertus Joko Widodo
lengkap dengan foto Jokowi merupakan bentuk teror tidak hanya terhadap
Jokowi tetapi juga terhadap para pendukung Jokowi. Hal ini diungkapkan
oleh Adian Napitupulu, Sekjen PENA 98 dalam pernyataannya kepada
Tribunnews.com, Kamis (8/5/2014).
"Teror selalu kembali memaksa
kita untuk membuka kembali ingatan kekejaman Orde Baru yang memberi
legitimasi pada negara untuk melakukan teror terhadap rakyatnya. Untuk
melindungi kepentingan politik dan ekonomi Orde Baru," tegas Adian.
Ketika teror terhadap Jokowi dan pendukung-pendukungnya disebarkan
seperti yang beredar melalui tweeter maka, ini semakin memperjelas bahwa
lawan Jokowi sesungguhnya adalah juga bagian, atau mungkin saja pelaku
teror yang sama saat Orde Baru berkuasa," kata Adian lagi.
Penyebar teror yang menyerang Jokowi dan pendukung-pendukungnya, Adian
yakin, pastilah sekumpulan orang panik yang sudah kehabisan akal karena
mereka tahu kekalahan mereka sudah di depan mata. Sehingga pola-pola
intimidatif yang sempat mereka gunakan masa Orde Baru kembali
dimunculkan.
Akan tetapi, sambung Adian, kalau para penyebar
teror itu berfikir bahwa dengan menteror Jokowi, maka Jokowi akan mundur
dan pendukungnya lari tunggang langgang, maka sepertinya para penyebar
teror itu salah besar.
Karena ketika teror itu disebarkan, lanjutnya lagi, maka saat itu
juga tidak ada lagi keraguan bahwa yang menyebar teror adalah
orang-orang yang sudah kehilangan akal dan nurani dan pantas untuk
dilawan.
"Kepada seluruh pendukung dan relawan Jokowi, mari kita
jawab teror itu dengan senyuman, kita balas teror dengan kemenangan
Jokowi bukan dengan teror atau kekerasan. Bersama-sama kita pastikan
bahwa atas nama apapun, Teror tidak boleh berkuasa di Indonesia,"
pungkasnya. [tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar