Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengulurkan tangan untuk berkomunikasi dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Meski Mega masih bergeming, SBY kembali melempar pesan koalisi. Akankah Mega-SBY bersatu mendukung pencapresan Jokowi?
SBY menyampaikan harapannya bisa berkomunikasi dengan Mega melalui pernyataannya di jejaring sosial Youtube akhir April lalu. SBY ingin membangun komunikasi dengan niat yang tulus untuk kepentingan bangsa dan negara.
"Jadi beberapa saat yang lalu bukan hanya seseorang, beberapa kalangan, bertanya kepada saya apakah Pak SBY bersedia dan siap berkomunikasi dengan Ibu Megawati. Saya katakan waktu itu, sejak dulu saya ingin berkomunikasi dengan siapa pun termasuk dengan Ibu Megawati sepanjang komunikasi itu berlangsung dengan baik, berangkat dari niat yang baik pula dan semuanya untuk kepentingan bangsa dan negara," kata SBY di channel Suara Demokrat, seperti dikutip detikcom, Jumat (25/4/2014).
Namun pernyataan SBY tersebut ditanggapi dingin oleh PDIP. Mega bahkan tak bicara sama sekali soal ajakan membangun komunikasi layaknya sahabat itu.
Meski demikian, SBY tak terus menyerah. Lewat media yang sama, SBY kembali mengisyaratkan dukungan ke Mega. SBY blak-blakan takkan memilih capres yang janjinya muluk-muluk, SBY juga menyinggung janji capres yang berbahaya antara lain soal kembali ke UUD 1945 dan nasionalisasi aset.
"Yang jelas saya tidak akan memilih calon presiden kalau tidak yakin bahwa yang dijanjikan bisa dilaksanakan, tidak muluk-muluk, yang dilaksanakan membawa manfaat nyata bagi kita semua," kata SBY pada Rabu (7/5/2014).
SBY membuka suara soal bahaya nasionaliasi aset seperti yang dikampanyekan salah satu capres. "Besok kita dituntut di pengadilan arbitrase, lusa kita bisa kalah, kalahnya itu akan memporakporandakan perekonomian kita, dampaknya dahsyat. Kalau ada seorang capres yang bersikukuh akan menasionalisasi aset asing, saya tidak akan memilihnya, tidak akan mendukungnya, karena saya tahu risikonya, itu membawa malapetaka bagi Indonesia," kata SBY.
Oleh banyak kalangan ini diartikan SBY sedang bernegosiasi dengan Gerindra soal syarat koalisi, sembari melirik ke arah Mega yang sudah menetapkan Jokowi sebagai capres.
"Pesan ini seperti pedang bermata dua. Artinya ke Prabowo, kalau mau koalisi sama dengan saya atau PD komunikasi politik dan visi politik Prabowo mesti bisa lebih akomodatif. Ke Jokowi, SBY ingin menyampaikan bahwa kami bisa membuka diri dan memahami visi politik PDIP," kata pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada detikcom, Kamis (8/5/2014).
Lalu mungkinkah Mega akan luluh dan menerima SBY sebagai kekuatan baru di balik pencapresan Jokowi? [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar