Branch Manager PT Danareksa Sekuritas Semarang Melcy S Makarawung
menilai pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Joko 'Jokowi' Widodo sebagai
presiden berefek positif terhadap rupiah karena investor asing mulai
menanam saham di Indonesia sehingga posisi dolar terhadap rupiah
semakin lemah.
"Jokowi efek ini saya prediksi akan terus menguat hingga pelaksanaan
pemilu presiden Juli mendatang karena pemilihan Joko Widodo sebagai
bakal calon presiden dianggap sebagai angin segar bagi para investor,"
ujarnya di Semarang, Kamis (17//2014).
Saat ini efek tersebut terasa dengan menguatnya rupiah dan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah yang sebelumnya tembus di angka
Rp12 ribu saat ini sudah berada di level Rp11.200-Rp11.300.
"Kemungkinan besar jika kondisi masih seperti ini maka rupiah bisa
terus berada di bawah Rp11 ribu kita tinggal tunggu momentumnya tapi
kalau di bawah Rp10 ribu sangat berat," jelasnya.
Untuk IHSG sendiri diharapkan bisa tembus di level 5.300 meskipun
saat ini masih di sekitar 4.800, pihaknya berharap ke depan IHSG bisa
mencapai level 6.000. Melcy mengatakan faktor koalisi partai sangat
menentukan kondisi rupiah dan saham meski demikian saat ini investor
terutama asing masih menjadikan Jokowi sebagai pilihan nomor satu.
Menurutnya akan semakin banyak investor asing yang menjual dolar
mereka dan memilih rupiah sebagai investasi dengan demikian posisi
rupiah akan semakin kuat. "Saat ini 65 persen saham di Indonesia masih
dikuasai oleh asing untuk itu jika mereka tertarik dengan iklim
Pemerintahan di sini maka akan menguntungkan posisi kita," jelasnya.
Efek pencalonan Jokowi sebagai presiden ini belum bisa ditandingi
oleh bakal calon yang lain bahkan Prabowo yang menurutnya gencar
berkoalisi belum bisa memberikan efek sebesar Jokowi. Melcy memastikan
iklim investasi pada tahun ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi
politik, oleh karena itu jika politik kacau maka akan mengacaukan
kondisi ekonomi Indonesia.
Sumber :
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar