Peluang Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa untuk mendampingi capres PDIP Jokowi sangat kecil.
PDIP berhati-hati memilih cawapres karena perolehan suara dalam pemilu legislatif 9 April lalu jauh dari target. Berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survei, persentase suara PDIP tidak mencapai 20%. Sehingga PDIP masih belum cukup suara untuk mengajukan capresnya sendiri.
Perolehan suara ini berpengaruh terhadap rencana menduetkan Jokowi dengan Hatta Rajasa. Padahal sebelum pileg digelar, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP Puan Maharani beberapa kali bertemu Hatta. Penjajakan sudah dilakukan.
Nama Hatta digadang-gadang pas untuk Jokowi. Sebab, Jokowi pernah mengungkapkan keinginan figur cawapresnya mengerti makro ekonomi.
Upaya terus dilakukan, tetapi kenyataan berbicara lain. Efek Jokowi tak berpengaruh besar seperti yang perkirakan banyak orang. Kebesaran nama mantan Wali Kota Solo itu tidak begitu terdengar di pileg.
Persentase perolehan suara tiga partai politik (3 besar) tidak jauh berbeda, berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survei. PDIP (19%), Golkar (14%), dan Gerindra (11%).
PAN sendiri hanya mendapat sekitar 6 persen. PDIP lebih melirik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memperoleh kurang lebih 9%.
"Tidak ada lagi nama Hatta dalam lis (daftar) Jokowi," ujar sumber INILAHCOM, Kamis (17/4/2014).
Ada dua nama tersisa dalam daftar cawapres untuk Jokowi. Salah satu di antaranya mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Berbagai penelitian lembaga survei menunjukkan elektabilitas Jokowi paling tinggi jika diduetkan dengan JK.
Bagi Hatta sendiri tidak masalah jika tidak dipinang PDIP. Hatta tetap masuk sebagai cawapres populer. Pengalamannya sebagai birokrat begitu banyak.
Masih ada dua kandidat capres yang muncul saat ini, Prabowo Subianto (Gerindra) dan Aburizal Bakrie (Golkar). Hatta masih menjadi 'gadis cantik'.
Sumber :
inilah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar