Indo Barometer dan Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia menyatakan jika Pemilihan Presiden dilakukan saat ini tidak ada presiden yang menang satu putaran, termasuk Joko Widodo. Semua calon diperkirakan tidak ada yang mendapat suara lebih dari 50 persen.
Hal itu terungkap dari survei yang dilakukan Indo Barometer dan Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia yang dipublikasikan di Jakarta, Rabu 13 Desember 2014.
"Kami membuat skenario tiga pasang calon dan empat pasang calon," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari.
Dalam skenario empat pasangan ini dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama Jokowi menjadi capres dan kelompok kedua Jokowi menjadi cawapres.
Hasil survei kelompok pertama Jokowi-Puan Maharani memperoleh 31,6 persen, Prabowo-Hatta Rajasa 20,2 persen, Abu Rizal Bakrie-Muhaimin Iskandar 13,3 persen, dan Wiranto-Hary Tanoe 9,8 persen. Tidak memilih 0,5 persen, rahasia 2,5 persen, belum memutuskan 16,8 persen, dan tidak tahu 5,5 persen.
Sedangkan bila pasangan Jokowi-Prananda Prabowo bisa memperoleh 30,8 persen, Prabowo-Hatta Rajasa 19,8 persen, ARB-Muhaimin 13,2 persen, dan Wiranto Hary Tanoe 9,5 persen. Tidak memilih 8 persen. Rahasia 2,2 persen. Belum memutuskan 17,0 persen. Tidak tahu 6,7 persen.
Bila pasangan Jokowi-Hatta Rajasa 34,3 persen. Prabowo Pramono Edhie 15,4 persen. ARB-Muhaimin 12,7 persen. Wiranto Hary Tanoe 10,3 persen. Tidak memilih 0,8 persen. Rahasia 2,0 persen. Belum memutuskan 17,6 persen dan tidak tahu 6,9 persen.
Jokowi-Jusuf Kalla 36,0 persen. Prabowo-Hatta Rajasa 17,6 persen. ARB-Muhaimin 12,6 persen. Wiranto-Hary Tanoe 10,1 persen. Tidak memilih 0,4 persen. Rahasia 2,0 persen. Belum memutuskan 15,5 persen dan tidak tahu 5,8 persen.
"Di sini bisa dilihat JK bisa mendorong Jokowi dalam meningkatkan dukungan dibandingkan trah Soekarno langsung," ujarnya.
Sedangkan pada kelompok kedua saat Jokowi diposisikan sebagai cawapres perolehan berbalik. Parbowo-Hatta Rajasa 24,1 persen. Megawati-Jokowi 23,3 persen. ARB-Muhaimin 13,7 persen. Wiranto-Hary Tanoe 10,8 persen. Responden yang tidak memilih 0,5 persen. Yang belum memutuskan 19,9 persen. Yang menyatakan tidak tahu 5,8 persen dan yang masih merahasikan 1,8 persen.
"Di sini terlihat daya tarik Jokowi ia lebih mempunyai kekuatan saat diposisikan sebagai capres. Karena saat ia diposisikan sebagai cawares dengan Megawati sekalipun. Perolehan dukungan tersalip oleh Prabowo," ujarnya.
Untuk simulasi tiga pasang calon masih digunakan pembagian dua kelompok. Pertama Jokowi Capres dan Jokowi Cawapres. "Dalam skenario tiga pasang ini minus pasangan Wiranto-Hary Tanoe," ujarnya.
Pada kelompok Jokowi Capres saat dipasangkan dengan Jusuf Kalla. Dukungan 37,9 persen. Prabowo-Hatta 20,8 persen. ARB-Muhaimin 12,9 persen. Tidak memilih 2,5 persen. Rahasia 2,3 persen. Belum memutuskan 16,8 persen. Tidak tahu 6,7 persen.
Jokowi-Puan Maharani 35,0 persen. Prabowo-Hatta Rajasa 23,6 persen. ARB-Muhaimin 13,1 persen. Tidak memilih 1,2 persen. Rahasia2,3 persen. Belum memutuskan 18,1 persen. Tidak tahu 6,8 persen.
Jokowi-Prananda 33,7 persen. Prabowo-Hatta Rajasa 23,4 persen. ARB-Muhaimin 12,8 persen. Tidak memilih 1,3 persen. Rahasia 2,4 persen. Belum memutuskan 18,1 persen. Tidak tahu 8,4 persen.
Jokowi-Hatta Rajasa 37,1 persen. Prabowo-Pramono Edhie 18,4 persen. ARB-Muhaimin 12,7 persen. Tidak memilih 2,3 persen. Rahasia 2,3 persen. Belum memutuskan 18,6 persen. Tidak tahu 8,3 persen.
"Saat Jokowi menjadi cawapres posisinya sama dengan skenario empat pasang dimana Mega-Jokowi tersusul Prabowo-Hatta," uajarnya.
Parbowo-Hatta perolehan dukunagn 27,8 persen. Mega-Jokowi 24,6 persen. ARB-Muhaimin 14,5 persen. Tidak memilih 2,3 persen. Rahasia 2,3 persen. Belum memutuskan 21,1 persen dan tidak tahu 7,4 persen.
Dari hasil 3-4 pasangan capres cawapres ini hasil survei menyimpulkan Pilpres akan berlangsung dua putaran." Jokowi tidak akan mudah untuk menang satu putaran," katanya.
Ia menjelaskan ini berdasarkan beberap hal pertama selisih persentasi dukungan yang tidak terlalu jauh. Kedua masih banyak fazel dan fariabel yang berbeda. Ketiga seberapa besar partai lain diluar PDIP yang mendukung PDIP.
Survei ini dilakukan pada 14-25 Februari 2014 di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden sebesar 1.200 orang. Margin of error sebesar 3,0 persen.
Responden dipilih dengan metode multistage random sampling untuk menghasilkan responden yang mewakili seluruh populasi publik dewasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar