Tengah malam Jumat telah berlalu, para Ketua Umum partai politik
pendukung Presiden Joko Widodo yang telah berkumpul di rumah Ketua Umum
PDIP telah setuju untuk mendukung tersangka kasus rekening gendut,
Komjen Pol Budi Gunawan, menjadi Kapolri yang baru.
"Kan
(prosesnya) sudah di DPR, mau apa lagi? Secara politik sudah berjalan
sesuai Undang-undang. Ya sebentar lagi kita ada Kapolri baru," kata
Sekjen (Plt) PDIP Hasto Kristiyanto di rumah Megawati, Jumat (16/1/2014)
dini hari pukul 01.00 WIB.
Hasto ikut dalam pertemuan dengan
Megawati dan Ketum Partai NasDem Surya Paloh. Sebelumnya, pada siang
hari, Megawati juga dikunjungi Ketum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketum
Partai Hanura Wiranto.
Hasto menegaskan, Presiden Joko Widodo
telah mengusulkan nama calon Kapolri sesuai pertimbangan Kompolnas dan
meneruskan prosesnya ke DPR. Kemudian DPR lewat rapat paripurna
menyetujui pilihan Jokowi.
"Tentunya Presiden telah menindaklanjuti putusan DPR itu," kata Hasto.
Meski
demikian, para Ketum pendukung Jokowi yang juga tergabung dalam Koalisi
Indonesia Hebat (KIH) itu juga tetap menghormati proses hukum terhadap
Budi di KPK. Hanya saja, Hasto mengemukakan pertanyaan.
"Kenapa
yang muncul satu orang tapi si pemberi (gratifikasi) tidak, lalu tidak
sempat pemanggilan saksi, lalu Pak Budi belum ada pemeriksaan (kemudian
jadi tersangka)?" ujar Hasto.
Menurut Hasto, seluruh partai
pendukung Jokowi kompak mendukung Budi. Hasto malah menengarai adanya
pihak yang mencoba 'memancing di air keruh' membentur-benturkan
internal Polri yang selama ini solid. Hasto tak menyebut siapa pihak
yang bertindak demikian.
"Seluruh partai kan kompak, tapi
mungkin ada pihak yang tidak menjadi bagian dari calon menteri. Tapi
kami tidak melihat proses ini," ujarnya.
Hasto tak sepakat bila
melajunya tersangka kasus transaksi mencurigakan ke kursi Kapolri itu
dipandang sebagai preseden buruk penegakan hukum di Indonesia. Justru
menurutnya, penegakan hukum itu harus sesuai etika.
"Tak bisa
seseorang seolah-olah politik kejar tayang, niatan awalnya untuk
penegakan hukum, ini telah bermain politik dan menyebabkan suatu
institusi tidak kohesif lagi," kata Hasto. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar