Orang dekat Megawati Soekarnoputri, Pramono Anung, merapat ke Istana
Negara pada saat Jokowi sedang menimang pelantikan calon Kapolri Komjen
Budi Gunawan. Apakah Pramono membawa titah Ketum PDIP soal pelantikan
Komjen Budi?
Berbatik cokelat lengan panjang Pramono Anung
memasuki pintu Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta, sekitar pukul 14.25
WIB, Jumat (16/1/2015).
Pramono tak blak-blakan soal maksud
pertemuannya dengan Presiden Jokowi. "Nemenin Menkum HAM," kilahnya saat
ditanya wartawan. Menkum Yasonna Laoly memang pergi ke Istana dalam
jeda waktu yang tak begitu lama dengan Pramono.
Namun kedatangan
Pramono sangat jelas membawa maksud khusus. Apalagi isu santer tak lama
lagi Presiden Jokowi bakal melantik Komjen Budi Gunawan jadi Kapolri
dan langsung menonaktifkan Komjen Budi yang ditetapkan KPK jadi
tersangka tersebut.
Apalagi Pramono Anung dikenal sangat dekat
dengan Megawati Soekarnoputri, banyak elite PDIP menyebut Pramono
sebagai tangan kanan Ibu Mega. Pramono juga tahu persis bagaimana sikap
Ibu Mega dan Ketum NasDem Surya Paloh yang juga mondar-mandir ke istana,
terkait pelantikan calon Kapolri Komjen Budi Gunawan.
Semakin
jelas kedatangan Pramono Anung datang menjadi kepanjangan tangan
Megawati. Apalagi Pramono nyaris tak pernah absen di pertemuan penting
para elite KIH yang belakangan semakin intens pasca Komjen Budi Gunawan
ditetapkan KPK menjadi tersangka.
Pertemuan terakhir digelar di
kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri. Perbincangan para ketua
umum KIH pada Kamis (15/1) malam secara blak-blakan membahas dukungan
terhadap Komjen Pol Budi Gunawan untuk menjadi Kapolri.
"Ini membahas pekembangan di tingkat nasional. Dukungan sepenuhnya
terhadap calon Kapolri yang telah diusulkan Jokowi, sehingga kader
Hanura di sidang paripurna (DPR) menyatakan (dukungan) untuk Budi
Gunawan," kata Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di depan kediaman
Megawati, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Selatan, Kamis (15/1/2015)
malam.
Pertemuan sebelumnya dilakukan di restoran Tugu
Kunstrkring Paleis, Jakarta Pusat, Selasa (13/1) malam. Selain Mega dan
Surya Paloh, hadir juga Sekjen Partai NasDem yang juga anggota Komisi
III DPR Patrice Rio Capella, Pramono Anung, dan sejumlah elite KIH lain.
Pramono Anung hadir di pertemuan ini dan membenarkan inti pertemuan ini
menyoal penetapan Komjen Budi Gunawan jadi tersangka KPK.
"Intinya
ginilah. Kalau tidak membahas persoalan Kapolri pasti kita berbohong.
Artinya hak prerogatif presiden itu harus dihormati oleh siapa pun
karena negara ini sistemnya presidensial," kata Pramono saat berbincang
dengan detikcom, Rabu (14/1/2015).
Dan ketika presiden sudah
menggunakan hak prerogatifnya, menurut Pramono, seharusnya semua pihak
menghormati. Karena itu Komisi III kemudian melanjutkan proses fit and
proper test Kapolri.
"Kaitan persoalan hukum tentunya kita
menghormati, tetapi juga meminta lembaga penegak hukum jangan melakukan
politisasi hukum. Sebab dalam hal pengumuman Komjen Budi Gunawan menjadi
tersangka time framenya dengan waktu substansinya, orang dengan gampang
menebak itu," kata Pramono.
Simpul dari berbagai pertemuan itu
dapat dibaca dari pernyataan Surya Paloh yang bicara 'lebih cepat lebih
baik' soal pelantikan Komjen Budi Gunawan jadi Kapolri. Surya Paloh juga
telah menemui Jokowi dua hari berturut-turut terkait hal ini. Lalu
apakah Mega menyampaikan pesan yang sama seperti Paloh melalui sang
tangan kanan Pramono Anung?
Saat ini semakin banyak pihak
berharap agar Jokowi mengambil keputusan secara negarawan dengan tetap
menjaga komitmen terhadap pemberantasan korupsi. Presiden SBY bahkan
berkicau 'selamatkan presiden' yang dimaknai banyak pihak sebagai 'save
Jokowi' dari para 'Sengkuni'.
"Mari kita selamatkan Negara,
Presiden dan Polri. Dengarkan suara rakyat," kicau SBY yang seolah
langsung mengarah ke Presiden Joko Widodo, melalui twitter, Jumat
(16/1/2015). [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar