Jumat, 16 Januari 2015

Relawan Salam 2 Jari: Jokowi Harus Bertanggung Jawab

“Kami gelisah, karena tidak mampu meyakinkan Bapak untuk menarik kembali pencalonan Komjen (Pol) Budi Gunawan. Namun kami percaya, Bapak masih punya hati untuk mendengarkan suara kami.”
Demikian rangkaian kalimat yang mengakhiri Surat Terbuka untuk Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang ditulis dan dikirim oleh kelompok yang menamakan diri Relawan Salam Dua Jari.
Dalam lembar surat yang dibagikan kepada awak media pers dan publik, di kantor KPK, Jakarta, kemarin (15/1/2015), tertulis 58 nama yang mewakili kalangan seniman, budayawan, juga media pers.
“Ini aksi spontan saja,” kata aktor Slamet Rahardjo, yang namanya tercantum dalam surat tersebut, saat diwawancarai CNN Indonesia melalui sambungan telepon, kemarin (15/1/2015).
Artis Olga Lydia, yang pada siang kemarin mendatangi kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama sejumlah rekan pendukung gerakan Revolusi Mental, juga menyatakan hal senada.
“Dipimpin oleh Abdee Negara. Kami rame-rame mengajukan (petisi),” katanya seraya menyebut nama salah satu personel Slank itu. Berbekal spanduk dan poster, Olga dkk beraksi mendukung antirasuah.
Olga dkk mendatangi kantor KPK untuk mengkritisi keputusan presiden dalam pemilihan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian RI (Kapolri). KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi.
“Kami mendukung seseorang bukan berarti membiarkan semua keputusan yang dilakukan. (Aksi) ini sebagai rasa kepedulian dan tanggung jawab kami,” kata Olga kepada CNN Indonesia.
Surat tersebut terlebih dulu dibacakan oleh Olga dkk di KPK, sebelum dilayangkan kepada Jokowi. Intinya, meminta Jokowi mencabut pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Usai berorasi di KPK, kelompok Relawan Salam Dua Jari bergeser ke Istana Negara dan diterima pihak Sekretariat Negara. “Ia mengabarkan bahwa Jokowi sudah mendengar dan mengetahui tuntutan kami,” kata Olga. “Ya, kita lihat saja nanti.”
Sementara itu, di kesempatan terpisah, Slamet menyatakan, pemilihan Kapolri sebaiknya jangan terburu-buru. Lebih baik terlambat daripada memilih orang yang salah.
“Baiknya Pak Jokowi tetap pada pendiriannya: tidak menempatkan koruptor di jajaran pemerintahanya,” kata sang aktor kawakan. “Jokowi harus sadar komitmennya, bertanggung jawab atas perkataan dan perbuatannya.”
Komedian Pandji Pragiwaksono, yang dihubungi CNN Indonesia secara terpisah melalui sambungan telepon kemarin (15/1/2015), juga berharap “Jokowi mendengar protes kami.”
Senada dengan Olga, Pandji menyatakan protes yang dilontarkan para Relawan Salam Dua Jari merupakan bentuk tanggung jawab sebagai pemilih duet Jokowi-JK.
Diakui Pandji, selama ini ada hal-hal yang membuat dirinya kecewa terhadap keputusan Jokowi, dari soal pemilihan Jaksa Agung, pembebasan Policarpus, sampai pancalonan Kapolri.
Pandji tak menyangkal ada juga orang-orang yang mempertanyakan, menyindir, bahkan menyalahkan dirinya telah memilih Jokowi. Namun secara tegas ia menyatakan tak menyesal.
“Ketika kita memilih seseorang, maka kita juga harus berdiri di barisan terdepan orang yang telah kita pilih untuk mengkritisi kesalahannya, juga memuji kebenarannya,” kata Pandji.
Para pemilih Jokowi, menurut Pandji, harus turut menjaga jalannya pemerintahan Jokowi agar senantiasa lurus dan melakukan kebaikan untuk rakyat.
Pandji meminta Jokowi meneliti lagi kelayakan calon  Kapolri. “Ketika ada yang salah dengan pilihan Pak Jokowi, maka kami, para pemilihnya, bertanggung jawab untuk mengingatkan beliau.”   [cnnindonesia]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar