Pengamat politik Universitas Airlangga Haryadi menilai hal tersebut merupakan semangat zaman baru bagi Indonesia ke depan. Mereka, kata Haryadi, melihat diplomasi dengan luar negeri akan lebih mudah bila Jokowi menjadi presiden.
"Jika Prabowo yang terpilih, mayoritas pemilih mempersepsikan adanya kerepotan maha besar dalam relasi Indonesia dengan dunia internasional. Di samping itu, orientasi tersebut merupakan semangat baru atas refleksi regenerasi kepemimpinan nasional yang sifatnya alami," ujar Haryadi ketika dihubungi di Jakarta, Senin (7/7/2014).
Ia mengatakan Jokowi merupakan figur yang merepresentasikan generasi penerus sedangkan Prabowo ialah sosok generasi tua yang sudah habis zamannya.
"Atas dasar itu, masuk akal kiranya jika hasil hitung cepat Pilpres 2014 di luar negeri semuanya dimenangkan telak oleh pasangan Jokowi-JK yakni 60-85%," imbuhnya.
Haryadi menambahkan animo kehadiran warga Indonesia dalam pilpres kali ini begitu tinggi sehingga menyebabkan KBRI di banyak negara terpaksa menyewa sekolahan di beberapa kota di luar negeri untuk dijadikan TPS. Bahkan ada keributan kecil di beberapa tempat karena surat suara kurang.
Di Hongkong, tingkat partisipasinya melonjak sekitar 300%. Di Australia, antrean di hampir semua TPS panjang sekali sampai mengalahkan antrean Apple Store saat peluncuran Iphone baru.
"Ini merupakan semangat zaman untuk kemenangan Jokowi-JK," imbuhnya. [metrotvnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar