Senin, 07 Juli 2014

Pasukan Cyber: Kubu Prabowo Mirip Pasukan Komando, Kubu Jokowi Mirip Gerilyawan

Masa kampanye pilpres telah berakhir 5 Juli 2014. Kedua pasangan capres dan cawapres, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK memanfaatkan media sosial sebagai kanal komunikasi dengan masyarakat.
Menurut lembaga pengamat media sosial PoliticaWave, para relawan menyadari saat ini sebagian besar masyarakat menggantungkan sumber informasi dari layar smartphone dan layar laptopnya.
"Jumlah pengguna internet dan media sosial di Indonesia saat ini mencapai sekitar 70 juta orang. Mereka merupakan kalangan terdidik, terbiasa berargumentasi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya," kata pendiri PoliticaWave Yose Rizal dalam pernyataan tertulis yang diterima merdeka.com, Senin (7/7/2014).
PoliticaWave mengamati gaya kampanye dari masing-masing kubu. Diketahui, keduanya mempunyai cara atau strategi kampanye yang berbeda. Di tim Prabowo-Hatta, sistem komunikasi lebih terstruktur dan organized bak pasukan komando . Komunikasi biasa dimulai dari akun official terkait partai atau pengurus partai. Terdapat keseragaman dalam berkomunikasi dan menjawab isu.
Sementara tim Jokowi-JK tidak diorganisir secara baik oleh partai bak gerilyawan. Kekuatan komunikasi Jokowi - JK di media sosial justru didukung oleh banyak grup relawan. Awalnya mereka tidak terlalu terorganisir, banyak jawaban atas isu yang tidak seragam.
Namun sejak debat pertama, terlihat antar kelompok relawan sudah berkomunikasi dan bersinergi dengan lebih baik. Salah satu indikatornya pada semua debat, dukungan netizen terhadap pasangan Jokowi - JK lebih besar daripada Prabowo - Hatta .
Kedua tim juga melakukan berbagai kampanye kreatif di media sosial, seperti dalam bentuk infografik, gambar-gambar kreatif, aplikasi, game, lagu dan video. Netizen menyukai berbagai kampanye kreatif tersebut dan meningkatkan partisipasi dan interaksi aktif netizen, terutama para pemilih pemula.
"Selain kampanye kreatif, media sosial juga dipergunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kampanye hitam," lanjutnya.
PoliticaWave memantau aspirasi masyarakat Indonesia di dunia maya melalui enam media yaitu Twitter, Facebook, Blog, Forum, Online News dan Youtube. Setiap percakapan terkait pasangan capres dan cawapres di media-media tersebut dicapture, dikelompokkan dan dianalisa oleh platform PoliticaWave.
Semua BOT dan akun-akun spammer juga difilter dalam proses ini, sehingga percakapan yang dihitung hanya yang berasal dari netizen asli.  [medeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar