Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Haryadi, menilai
Pemilihan Presiden Indonesia 2014 yang sudah berlangsung 4-5 Juli lalu
di luar negeri menunjukkan begitu tinggi antusiasme dan partisipasi
pemilih.
Beberapa di antaranya bahkan terpaksa harus diperpanjang oleh KPU
mengingat antusiasme pemilih. "Menariknya, orientasi politik sebagian
besar pemilih di luar negeri itu ditujukan kepada pasangan Jokowi-JK,
bukan yang lain," kata Haryadi, Senin (7/7/2014).
Sebagian besar dari mereka beralasan pilihan itu sesuai identifikasi
semangat zaman baru bagi Indonesia ke depan. Juga, persepsi akan lebih
mudahnya relasi diplomasi dengan luar negeri jika Presidennya Jokowi.
"Dalam persepsi mereka, akan ada kerepotan maha besar dalam relasi
Indonesia dengan dunia internasional jika Prabowo yang terpilih.
Pastilah mereka pun warga Indonesia akan repot keberadaannya di luar
negeri. Di samping itu, semangat baru sebagaimana terlihat di luar
negeri itu juga merupakan refleksi regenerasi kepemimpinan nasional yang
sifatnya alami," ujarnya.
Jokowi, kata dia, adalah figur representasi generasi penerus. Prabowo adalah figur generasi tua yang sudah habis zamannya.
"Kiranya menjadi mudah dipahami kemudian jika hasil hitung cepat
Pilpres 2014 di luar negeri semuanya dimenangkan telak olek Jokowi-JK 60
hingga 85 persen," terang Haryadi.
Dia lalu membeberkan begitu tingginya semangat dan animo kehadiran
warga Indonesia dalam Pilpres kali ini, menyebabkan KBRI di banyak
negara terpaksa menyewa sekolah di beberapa kota di luar negeri untuk
tempat TPS.
Sempat ada keributan kecil di beberapa tempat karena surat suara kurang, saking banyaknya pemilih dadakan.
Keadaannya hampir merata di belahan dunia, yaitu antusiasme warga
Indonesia di luar negeri untuk menggunakan hak pilihnya. Bahkan di
Hongkong, tingkat partisipasinya melonjak sekitar 300 persen.
Di Australia, warga dan bahkan diplomat Indonesia yang dahulu dalam
pemilu legislatif ogah-ogahan menggunakan hak pilih, mendadak mau
memilih. Antrean di hampir semua TPS panjang sekali sampai mengalahkan
antrean Apple Store saat launching iPhone baru.
"Tak cuma itu, di beberapa negara lain juga warga Indonesia banyak
yang rela jalan kaki satu jam atau naik taksi ke TPS dengan rate sekitar
40 dollar, hanya untuk bisa nyoblos," bebernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar